Ketika bermukim di pondok pesantren, seorang santri harus memiliki solidaritas, pertemanan, dan jiwa penolong bagi teman-temannya, santri-santri yang lain. Karena, para santri itu, yang datang dari berbagai latar belakang, hidup bersama sebagai satu keluarga besar di pondok pesantren.
Ketika kita hidup bersama dengan orang lain, kita harus memiliki sifat kekeluargaan yang baik kepada ada orang lain. Ketika kita membantu orang lain atau ketika kita mempermudah urusan orang lain, maka pasti kita pun akan diperlakukan baik oleh orang lain. Terlebih lagi santri, yang setiap saat selama 24 jam selalu bersama-sama. Makan bareng, salat bareng, tidur bareng, bahkan mandi pun terkadang bareng.
Segala hal yang dilakukan secara bersamaan dan terus-menerus dengan sendirinya akan menimbulkan rasa kekeluargaan yang baik, akan menimbulkan kepedulian untuk tolong-menolong, dan akan mempererat tali persaudaraan sesama santri.
Dalam kebersamaan itu, setiap santri akan memiliki empati, misalnya ikut merasakan bagaimana rasanya seorang santri ketika mempunyai uang jajan atau tidak bisa memahami pelajaran yang telah dipelajari, atau memiliki suatu masalah pribadi. Karena itu, santri yang lain akan memberikan dukungan kepada santri lainnya yang sedang kurang beruntung atau terlilit suatu masalah. Santri akan saling menguatkan satu dengan lainnya.
Semisal contoh, ketika seorang santri baru dikunjungi atau dijenguk orang tuanya, jika santri itu memiliki rasa tali persaudaraan yang baik, ia akan memberikan makanan atau membantu temannya yang sedang kelaparan. Atau, memberikan pinjaman kepada santri lain yang tidak memiliki uang.
Begitulah ikatan persaudaraan yang terbangun di kalangan santri. Ibaratnya, semua santri, sesama santri, terutama yang seangkatan, biasanya memiliki jalinan khusus seperti satu keluarga. Sebagai anggota satu keluarga, para santri akan saling membantu dan memngautkan meskipun pada hakikatnya hanya sebatas teman.
Begitu juga dalam hal belajar. Ketika ada teman kita yang tidak mengerti atau kurang memahami terhadap pelajaran yang telah dipelajari, maka seorang santri yang lain akan membantu, mengajarkan hal yang tidak diketahui atau dipahami oleh temannya. Jadi, tidak boleh ada angapan bahwa santri yang kaya atau santri yang banyak uang merupakan santri yang menjadi temannya; dan santri yang tidak memiliki banyak uang bukan temannya.