Rajutan Benang Cinta Ibu

17 views

Hujan turun rintik-rintik di halaman rumah. Bau tanah basah bercampur dedaunan jatuh memenuhi udara pagi. Di teras, Ibu duduk dengan tubuh membungkuk, jari-jarinya sibuk merajut sesuatu yang tak pernah ia izinkan aku lihat. Benang putih berkilau, meluncur di sela jemarinya yang kasar. Sekali waktu, ia berhenti, menarik napas dalam-dalam, seakan ada beban tak kasatmata yang menumpuk di dadanya.

Aku berdiri di ambang pintu, memperhatikannya dari jauh. Bukan karena aku tak ingin mendekat, tapi karena aku tahu, Ibu tak suka terganggu saat sedang merajut.

Advertisements

“Buat siapa, Bu?” tanyaku suatu hari.
“Buat yang membutuhkan,” jawabnya tanpa menoleh.
Jawaban itu selalu sama. Lalu aku berhenti bertanya.

***

Aku tumbuh dalam keheningan kecil yang dibungkus oleh kasih sayang Ibu. Ia bukan tipe yang menumpahkan cinta dengan pelukan atau kata-kata manis. Tapi aku tahu, cinta itu ada — di piring hangat yang ia siapkan setiap pagi, di pelukan kecil sebelum tidur yang terasa lebih seperti doa daripada kasih sayang.

Ketika Ayah pergi bertahun-tahun lalu, Ibu tidak menangis. Ia hanya duduk di ujung tempat tidur dengan mata menerawang, seolah-olah sesuatu di dalam dirinya lepas, tapi ia terlalu lelah untuk mengejarnya. Sejak saat itu, ia mulai merajut.

Pagi, siang, malam. Tangannya tak pernah berhenti.

“Kenapa Ibu suka sekali merajut?” tanyaku lagi suatu ketika, berharap kali ini jawabannya akan berbeda.

“Karena benang bisa menyatukan apa yang sudah terpisah,” katanya pelan.

Aku tidak mengerti.

***

Waktu berlalu. Aku bertambah tinggi, dan Ibu semakin bungkuk. Wajahnya penuh kerut, seakan waktu tak hanya menorehkan usia, tetapi juga luka-luka yang ia sembunyikan. Setiap kali aku memandang matanya, aku tahu ada rahasia yang tak pernah ingin ia bagikan padaku.

“Kau harus sekolah tinggi, Nara. Hidup tak selalu memihak pada yang lemah,” katanya suatu malam. Aku sedang membantunya merapikan benang-benang yang berserakan di lantai.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan