Sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam Islam, Nabi Muhammad menelurkan banyak ajaran penting yang dijalankan umat manusia sampai sekarang. Keteladanannya menuai sambutan hangat, bahkan dari kalangan non-muslim.
Michael H Hart dalam The 100, A Ranking of The Most Influential Persons in History, misalnya, menempatkan Nabi Muhammad sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah. Hal ini didasarkan pada pengaruh Nabi Muhammad yang menyentuh banyak aspek, termasuk fondasi suatu negara.
Pertama kali diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad tidak serta merta menggelorakan reformasi politik, justru yang paling sering beliau suarakan adalah revolusi sosio-kultural untuk membangun masyarakat yang humanis, toleran, dan egaliter. Kesemuanya itu beliau wujudkan dalam aksi pembebasan budak-budak, mengangkat derajat sosial manusia, dan menyamakan kasta semua orang.
Tantangan terbesar Nabi dalam menciptakan sistem ideal adalah fanatisme kesukuan. Nabi sering menghadapi persoalan perselisihan antarsuku yang disebabkan rasa gengsi dan pandangan sinis di antara mereka. Kepungan diskriminasi yang terjadi hampir setiap hari, membuat Nabi harus bekerja keras untuk mendekontruksi sistem sosiokultural tersebut. Beberapa strategi dilakukan Nabi, baik dengan lobi politik pada ketua suku maupun pendekatan langsung dengan kaum tertindas.
Strategi tersebut menemui titik temu, yang menghapuskan sistem tirani dan ekseklusif. Berkembang pula dakwah Nabi yang berhasil menghapuskan sistem diskriminasi dan egaliter dengan berpegang teguh pada kalam Allah. Kemudian Nabi mengembangkan pluralisme suku dan etnik sebagai jawaban fanatisme buta yang menjadi adat masyarakat Arab kala itu.
Peristiwa peletakan kembali Hajar Aswad adalah kisah kegemilangan Nabi Muhammad dalam meredam fanatisme kesukuan. Diceritakan ketika terjadi banjir besar yang meruntuhkan dinding Ka’bah, Hajar Aswad terjatuh. Banyak kabilah yang berdebat tentang siapa yang paling berhak meletakkan benda suci itu ke tempat semula. Maka datanglah tokoh tertua Quraisy, Abu Umayyah ibn al-Mughiroh al-Mahzumy dengan membawa solusi untuk menunjuk orang pertama yang masuk Ka’bah dari pintu Bani Syaibah sebagai sosok yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula.