SECANGKIR KOPI UNTUK TUHAN
Di pelataran malam,
Kutemukan sepotong hati yang terluka
Menguak rahasia, dalam angan terbuai
Mengalirkan doa, di telapak tangan sunyi
Setiap embusan,
Aroma cinta membara
Menyulut bara kehidupan yang terpendam
Di ujung malam, terhampar bintang-bintang
Menyaksikan rahasia dunia yang tak terucapkan
Seduhlah,
Dalam alunan suara lirih
Seruputlah sejumput kenangan, dalam setiap tetesnya
Merambah keabadian, dalam relung-relung hati
Membawa pesan untuk sang pencipta jagad raya
Sungguh,
di antara lembaran kosong dan hampa
Terukirlah makna akan keberadaan kita
Secangkir ini menjadi ungkapan akan syukur
Kepada sang pencipta, yang mengarungi samudra waktu
Pada setiap tegukan,
Terhampar kenangan lama
Memutar balik layar waktu, menjelajahi alam semesta
Dalam secangkir kopi, tersimpan rahasia alam
Sebuah perjalanan spiritual, dalam setiap seruputnya
Di sela-sela waktu,
Ada doa yang terangkai
Melintasi ruang dan waktu, menuju cakrawala yang tak terbatas
Dalam setiap gerak, terpancar keagungan Ilahi
Menyapa sang pencipta,
Namun,
ia adalah jalan untuk bersua dengan Tuhan
Dalam setiap tegukan, terukir doa syukur
Sebuah persembahan kecil,
dari hamba yang hina
Sekarang,
Embuskanlah angan dalam secangkir kopi
Biarkanlah ia menuntunmu ke perjumpaan suci
Di antara seruput demi seruput, rasakan kehadiranNya
Dalam secangkir kopi, kita bersatu dengan Tuhan.
AKU MABUK TUHAN
Di dalam lautan pikiran yang misterius.
Aku merenungi, dalam khayal yang pelik.
Mabuk ‘Tuhan’ memikat jiwa,
Sebuah perjalanan menuju cahaya yang unik.
Kata-kata puitis menari di hati,
Seperti anggur rohaniah yang memabukkan.
Aku mabuk ‘Tuhan’ di rimba kata,
Mengarungi makna, menemukan arti yang terpendam.
Di setiap syair, doa terselip rahasia,
Aku menengadah, mencari jawaban yang tulus.
Dalam keheningan, aku mabuk ‘Tuhan’,
Melintasi batas, bersama-Nya dalam keindahan abadi.
Dalam ketenangan malam yang gelap,
Cahaya-Nya menyinari jiwa yang terpandang.
Aku mabuk ‘Tuhan’ di pelukan keabadian,
Merajut kisah, menyatukan diri dengan kebijaksanaan-Nya.
Lautan kasih-Nya melandai di dada,
Aku mabuk ‘Tuhan’ dengan rasa syukur.
Di alam puisi yang membentang luas,
Aku merayakan kehadiran-Nya yang tak tergantikan.
BERHALA KEHIDUPAN
Di lautan hidup yang berliku dan penuh warna,
Berhala-berhala menggoda, menghipnotis manusia.
Di gedung-gedung tinggi, di atas harta dan kekuasaan,
Mereka bersembah kepada dunia yang fana.
Berhala uang menggoda dengan kilauannya yang memikat,
Manusia terjerat dalam perburuan yang tak kunjung reda.
Tapi di tengah gemerlapnya, jiwa merindukan cinta sejati,
Di antara reruntuhan materialisme, ada kekosongan yang meradang.
Berhala popularitas merayu dengan gemerlap sorotan,
Mengaburkan pandangan akan nilai-nilai yang sejati.
Namun di balik panggung kehidupan yang glamor,
Ada kesepian yang merayap di relung hati manusia.
Berhala-berhala itu menjanjikan kebahagiaan palsu,
Menggoda dengan janji-janji yang kosong dan hampa.
Namun di dalam diri yang hening, terdengar suara kebenaran,
Mengingatkan akan keindahan di balik tirai maya dunia.
Sumber ilustrasi: freepik.