Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pondok pesantren memiliki peran sangat penting dalam mencetak sumber daya manusia yang kualitas di berbagai bidang, khususnya bidang keislaman dan Keindonesiaan. Tak heran jika di pondok pesantren berbagai macam keilmuan dipelajari mulai dari kitab kuning, pendidikan umum, hingga kemanusiaan dan kenegaraan.
Namun, bagaimana dengan pendidikan seks di pesantren? Apakah penting untuk dipelajari di lingkungan pesantren atau masih terlalu tabu untuk dibahas?
Pendidikan seks atau dikenal dengan istilah populer sex education adalah satu cabang keilmuan mengenai pentingnya pengetahuan seputar seksualitas manusia. Menurut para ahli, seperti dikutip dari pendapat Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkaitan dengan seks, naluri, dan perkawinan.
Sedangkan, menurut D Gunarsa, pendidikan seks merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian, pendidikan seks ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Jika melihat pendapat tersebut, bisa disimpulkan bahwa pendidikan seks adalah pengetahuan yang berkaitan seputar jenis dan fungsi kelamin.
Kemudian muncul pertanyaan besar, apakah pendidikan seks wajar untuk diajarkan di kalangan para santri sejak usia dini? Sebagaimana kita ketahui bahwa pondok pesantren tidak hanya berisi orang-orang dewasa, tapi diisi juga oleh anak-anak yang menginjak usia remaja bahkan anak-anak dalam usia dini.
Terutama di pondok pesantren yang sifatnya modern, biasanya dihuni oleh santri yang menginjak remaja, yang duduk di sekolah tsanawiyah atau setara Sekolah Menengah Pertama hingga tingkat aliyah atau setara SMA.
Sepakat, sex education harus menjadi salah satu prioritas kajian fiqih wanita. Tidak hanya dalam konteks sosial dan gender saja, tetapi juga dalam konteks kesehatan alat reproduksi juga penting, bahkan sex education.