Syeikh Singkil dan Pemikiran Tasawufnya

116 views

Penyebaran dan perkembangan Islam di wilayah Nusantara juga tak bisa dilepaskan dari perjalanan hidup seorang sufi besar yang popular dengan nama Syeikh Singkil. Ia adalah Syekh Abdurrauf as-Singkil, yang memiliki nama lengkap yakni Abdurrauf bin al-Jawiy al-Fansuri.

Nama as-Singkil merupakan laqab yang dinisbahkan pada tempat lahirnya, yakni Singkil, Aceh Selatan. Sebagian riwayat yang menyebutkan Syeikh Singkil memiliki nama lengkap Aminuddin Abdurrauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri.

Advertisements

Syeikh Singkil merupakan ulama besar dari Kerajaan Aceh Darusalam dan memiliki pengaruh yang sangat besar di seluruh Nusantara. Karena pengaruhnya yang demikian luas, Syeikh Singkil juga memperoleh nama panggilan Teungku Syiah Kuala, yang dalam bahasa Aceh berarti Syeikh Ulama di Kuala.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Syiah Kuala merupakan sebuah nisbah dari tempat wafatnya yang terletak di Desa Deyah Raya, Kecamatan Kuala, Krueng, Aceh. Disebutkan dalam riwayat bahwa keluarga Syeikh Singkil berasal dari Persia atau Arabia yang bermigrsi ke daerah Singkil, Aceh Darusalam pada abad ke-13 M. Ayahnya juga merupakan orang Arab bernama Syeikh Ali.

Ia lahir di Singkil, Aceh pada 1024 H/ 1615 M. Pada masa mudanya, Syeikh Singkil menimba ilmu dari ayahandanya sendiri yang juga terkenal alim. Setelah itu, ia berguru kepada ulama-ulama di sekitar Banda Aceh dan Fansur. Saat berumur 27 tahun, Syeikh Singkil berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji serta menuntut ilmu di Timur Tengah.

Diperkirakan, Syeikh Singkil menuntut ilmu disana selama 19 tahun dan baru pulang ke Nusantara saat berumur 46 tahun atau sekitar 1083 H/ 1662 M. Dalam catatannya, seperti terungkap di salah satu kitabnya, yakni Umdat al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufridin, dikatakan bahwa Syeikh Singkil memiliki 46 guru. Syeikh Singkil menimba ilmu dari para guru tersebut di sepanjang rute perjalanan haji, yakni dari Doha, Yaman, Jeddah, hingga akhirnya menuju Mekkah dan Madinah.

Selain itu dikatakan bahwa beliau mendapatkan ilmu tasawuf dari dua Syeikh yang sangat mahsyur di kota Madinah, yakni Syeikh Shafiuddin al-Qusyasyi dan Syeikh Ibrahim al-Kurani. Setelah pulang dari Timur Tengah beliau kembali ke Nusantara (Aceh) dengan mengajarkan dan mengembangkan tarekat Syatariyyah yang diperoleh dari dua gurunya tersebut.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan