Tanda Mata untuk Jingga

51 views

Jika senja telah tiba, gadis berparas ayu itu pasti sudah berada di balkon kamarnya yang memang menghadap ke ufuk barat. Diamatinya perlahan cahaya mentari yang mulai tenggelam dalam senja. Walaupun ia tidak bisa melihat secara langsung pancaran emas sang surya, tetapi ia bisa merasakan kehangatannya seperti seorang ibu yang mendekap anaknya.

Ya, Jingga memang lain dari gadis-gadis belia seusianya. Ia mulai berkurang penglihatannya sejak kecelakaan beberapa bulan sebelumnya. Buram sekali penglihatannya. Hampir tak bisa melihat cahaya; apalagi warna.
Tragedi yang menimpa Jingga dan sopir pribadinya saat itu sebenarnya sudah ingin ia lupakan dan melemparnya jauh-jauh. Tetapi, nyatanya bayangan itu selalu muncul di benaknya. Jingga selalu mencoba tegar melalui jalan hidupnya walaupun ia merasa tanpa dukungan penuh dari orang-orang tercinta. Kini ia lebih banyak menyendiri di kamarnya sembari menikmati senja.
“Tok-tok-tok!” terdengar suara pintu kamar Jingga ada yang mengetuk.

Advertisements

“Non, ini makan sorenya sudah Mbok bawakan. Cepat dimakan ya nanti keburu dingin tidak enak,” suara Mbok Minah membuyarkan lamunannya.

“Letakkan saja di situ Mbok, Jingga belum lapar. Mama dan Papa sudah pulang belum?”

“Ibu sama Bapak tadi ada menelepon Mbok. Katanya ada pekerjaan mendadak ke luar kota.”

“Kenapa tidak pulang dulu? Ada pesan buat Jingga?”

“Sepertinya buru-buru sekali jadi tidak bisa pulang. Ibu sama Bapak juga tidak menitip pesan apa-apa.”

Kalimat yang dilontarkan Mbok Minah memang sudah tak asing lagi didengar. Dan Jingga sebenarnya sudah tahu jawabannya. Orang tua Jingga sangat sibuk untuk mempertahankan perusahaan di tengah pandemi seperti ini. Sungguh tidak mudah tahun-tahun ini untuk sekadar bertahan.

“Hallo Jingga?” Mama mengangkat telepon dari Jingga.
“Hallo Ma. Mama di mana?”

“Mama masih sibuk sama rekan kerja yang mau investasi di perusahaan. Mungkin beberapa hari ini Mama-Papa masih di luar kota.”

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan