Terampil Menulis Pegon Sejak Dini

166 kali dibaca

Di pondok pesantren tentu tidak terdengar asing dengan istilah pegon. Guna memudahkan memahami makna kitab berbahasa Arab, selain dengan bantuan ilmu alat, dituangkannya pemaknaan di bawah setiap lafaz-lafaz redaksi kitab. Itulah pegob. Bahkan, ilmu alat turut dikolaborasikan dengan makna jawa supaya lebih memudahkan santri menyelaraskan makna dan memahamkan. Sebagai salah satu misal, mubtada’ disimbolkan dengan huruf mim yang dimaknai jawa dengan ‘utawi’.

Permulaan Mengenal Pegon

Advertisements

Masing-masing santri memiliki permulaan waktu yang berbeda dalam mengenal pegon. Santri dengan notabane sama sekali belum pernah mempelajari kitab klasik jawa, atau karena hanya sekolah umum sebelumnya, maka akan baru memulainya saat pertama kali masuk di pesantren. Ini akan menjadi suatu hal yang sangat baru dalam dunia belajarnya.

Tapi ada santri yang sebelum masuk pesantren telah memiliki bekal ilmu penulisan pegon. Ilmu itu didapatkan di lingkungan rumah tempat ia mengaji, baik musala, masjid, atau madrasah diniyah nduduk dari pesantren. Kecil-kecilan saja, seperti kitab Tarikh Nabi tentang sejarah Nabi, Fasalatan tentang ilmu fikih ibadah keseharian, Mitro Sejati tentang ilmu akhlak, Nahwu Jawan tentang ilmu nahu paling dasar, dan beberapa kitab jawa pegon lainnya.

Dua perbedaan latar belakang yang telah disebutkan, memicu mayoritas pesantren membuat kebijakan tes pegon bagi santri baru, untuk kemudian dipetakan kelas mengaji atau diniyah agar sesuai dengan kebutuhan setiap santri. Apabila santri tidak lolos tes pegon, maka akan dimasukkan kelas khusus pegon selama waktu yang ditentukan.

Kelas khusus pegon di pesantren, dalam beberapa kasus yang saya temui, adalah pengajaran secara teori, kemudian praktik soal-soal. Begitu siklusnya sampai santri benar-benar mampu memahami bagaimana cara menulis pegon.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan