Yang Dirindukan Santri Saat Pandemi

145 views

Santri mempunyai karakter dan kebiasaan yang berbeda-beda, beragam. Keragaman itulah yang membuat kiai atau pengurus pondok kadang merasa senang, kesal, kecewa, dongkol, marah, dan sekaligus kangen. Perasaan campur aduk.

Keragaman itu pula dirindukan mungkin oleh semua santri selama pandemi ini, termasuk saya; merindukan kembali saat-saat menjadi santri. Juga kerinduan seorang santri kepada para kiai, pondok pesantren, para ustadz, dan teman-teman sepesantren.

Advertisements

Namun, nampaknya bukan santri saja yang memendam kerinduan. Para kiai, pengurus pondok, dan guru-guru ternyata juga merasakan hal yang sama. Apalagi di saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, saat banyak pondok pesantren masih menggunakan metode pengajian jarak jauh atau ngaji online.

Bagi santri yang pondok pesantrennya masih menggunakan pengajian jarak jauh atau ngaji online, pasti merindukan “indahnya” hari-hari saat berada di lingkungan pondok. Kerinduan seperti ini juga sering dirasakan oleh mereka yang sudah menjadi alumni pesantren. Kerinduan-kerinduan itu biasanya hanya bisa mereka tumpahkan ketika sedang acara pondok, kumpul ngopi, atau bereuni.

Ada beberapa hal yang dirindukan oleh para santri ketika lama berada di luar pondok, seperti selama pandemi ini. Pertama, jailin teman. Biasanya, sesame santri sering melakukan hal-hal konyol, seperti menjailin teman sekamar. Salah satu kejailan yang paling sering dilakukan para santri adalah memasangkan lidi yang sudah dibakar kemudian diletakkan di kaki santri yang sedang tertidur dengan sedikit odol agar lebih lekat menempel.

Hal ini sering disebut dengan “nyamuk arab”. Seperti pernah diungkapan oleh salah satu teman saya yang akrab disapa Boyo. “Hal yang paling ane rindukan saat nyantren, yaitu ketika melihat teman jail.”

Kedua, mabar atau makan bareng dalam satu nampan. Makan bareng bersama sekian banyak santri dalam satu nampan yang sama memang menimbulkan keseruan tersendiri. Di pondok pesantren, mabar seperti ini sesungguhnya hal yang biasa.

Puncak keseruannya saat terjadi “adu cepat” melahap nasi dan mengambil lauk agar perut kita lekas kenyang. Sebab, jika kita lamban menyuap nasi dan mengambil lauk, makanan keburu habis perut kita tidak kenyang. Mabar seperti ini akan menjadi salah satu kenangan terindah yang sering dirindukan saat seorang santri sudah lama tidak berada di dalam pondok.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan