Dasar menyebalkan! Apa maksudnya mempermainkanku dengan kata-katanya. Aku tahu, memang banyak kata yang tak bisa dipegang di dunia ini. Tapi tak harus begini juga bukan? Memang menyebalkan kamu Zahri!
“Kamu sudah lama di sini?”
Baru beberapa hari di pondok, pemuda itu sudah mengajak kenalan seorang gadis, terlebih lagi abdi dalem sepertiku. Padahal, kakang-kakang pondok yang sudah lama pun biasanya masih punya sungkan untuk menyapa para pembantu kiai di sini.
Itulah awal pertama kami bertemu, dan cepat saja aku memalingkan wajah dengan alis tertumpu di tengah. Namun, setelah beberapa langkah aku mendengar dia mengucapkan sesuatu.
“Dasar merepotkan,” katanya, dengan sedikit bibir tersungging ke atas.
Setelah pertemuan itu kami tak lagi bertatap muka. Meski mungkin di lain kesempatan, karena sekolah kami masih membaur antara muda-mudi. Hanya ketika pengajian kitab dan lainnya saja kegiatan terpisah. Itu tak menghilangkan kesempatan kami bertemu, meski tipis kemungkinannya. Sudah beberapa minggu sampai berganti bulan. Aku berpikir mungkin dia tak betah dengan pesantren ini. Aturannya cukup ketat bagi orang luar yang tak mengerti sama sekali dunia pesantren.
Kehidupan kembali normal. Dengan kesibukan di dalem kiai bersama beberapa santri putri lain. Biasanya aku yang memegang kendali dapur. Karena, para santri lain tak ada yang berani bertanya tentang menu yang diinginkan dalem. Pada akhirnya hanya aku yang dijadikan tumbal kawan-kawan. Dasar menyebalkan.
“Pssstt, Aisy, Aisy.”
“Hmm, ada apa?”
“Nanti mau ke dalem tanya menu?” Syira berbisik di sampingku.
“Iya, kenapa?”
“Aku ikut ya,” matanya berbinar.
Namun, tampaknya percakapan kami tak bisa berlangsung lama. Suara kami ditingkahi kegaduhan anak-anak lain yang juga sedang membersihkan dapur dan kamar belakang.
“Aaaaa, Syira mau curang nih!” Ghiza yang sedang mengepel di dekat kami berteriak. Di antara anak-anak lain, dia memang yang paling heboh jika ingin ikut ke dalem. Tak berapa lama kesunyian pecah, santri lain mulai mendekat dan heboh. Tak lama lagi aku akan jadi tali tambang mereka. Lihat saja.