Kebanyakan orang lebih familiar dengan cerita keramat Sunan Kalijaga yang menjaga tongkat Sunan Bonang. Sementara, jarang ada yang ingin memahami relasi jaringan keulamaan keduanya.
Kondisi itu tidak lepas karena Wali Songo memang lebih sering dikenang sebagai sosok keramat, dan jarang didiskusikan sebagai fakta sejarah terkait jaringan ulama Nusantara. Kita jadi amat akrab dengan kekeramatan Wali Songo, namun belum tentu memahami sejauh apa kiprah jaringan ulama ini dalam dakwah Islam di Nusantara.
Terbentuknya Jaringan Wali Songo
Ada banyak sosok yang diyakini oleh masyarakat dan dicatat dalam berbagai sumber sebagai Wali Songo. Jika kita membaca buku-buku tentang Wali Songo, kita akan menemukan banyak versi siapa saja Wali Songo itu. Maka, sebagai fokus penulisan artikel ini, saya menyajikan versi Atlas Wali Songo.
Jika kita mencermati sub-pembahasan pada Bab Tokoh-tokoh Wali Songo, dalam buku Atlas Wali Songo, maka dapat disimpulkan kalau dalam pandangan Agus Sunyoto, sembilan wali itu adalah Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Syekh Siti Jenar, Sunan Kudus, dan Sunan Muria.
Kenapa Raden Patah yang juga dibahas sebagai satu sub-pembahasan pada bab tersebut tidak masuk kategori Wali Songo? Hal ini berdasarkan penjelasan Sunyoto sendiri, bahwa Raden Patah bukan termasuk Wali Songo. Namun, ia masih bagian dari jaringan ulama ini sebagai Wali Nukbah; wali yang belakangan atau yang melanjutkan dakwah Wali Songo.
Jadi, kalau mengacu pada Atlas Wali Songo adalah Sunan Ampel sebagai Wali Songo tertua. Hal ini juga sejalan dengan kitab Walisana dan Babad Tanah Jawi, yang mana dari nama-nama wali yang disebut kedua sumber itu, adalah Sunan Ampel sebagai Wali Songo tertua.
Pandangan ini tidak berarti mengatakan bahwa Sunan Ampel sebagai sosok wali yang pertama hadir di Jawa. Sebab, sebelum kedatangannya, atau sebelum era Wali Songo, sudah banyak wali yang datang di Jawa. Bahkan, di antara mereka juga ada yang masyarakat sebut sebagai Wali Songo, seperti Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Jumadil Kubra, dan Syekh Maulana Maghribi. Ada lagi sosok Syekh Ibrahim Samarkandi, Syekh Subakir al-Farsi, dan yang lebih tua lagi abad 11 M ada Fatimah binti Maimun.