Sejak era sebelum Nabi Muhammad mendapatkan risalah kenabian, masyarakat Mekkah mengandalkan perdagangan untuk bertahan hidup. Saat itu, Mekkah memang dikenal sebagai pusat perdagangan di wilayah Jazirah Arab.
Di sisi lain, masyarakat Mekkah dan Arab waktu itu memiliki kebiasaan buruk, yaitu mudah berperang satu sama lain. Alasan yang remeh pun bisa dengan mudahnya menyulut kobaran api peperangan antara satu suku dengan suku yang lain. Kebiasaan buruk ini menjadi salah satu alasan kenapa periode pra-Islam disebut sebagai era jahiliyah (kebodohan).
Sering terjadinya peperangan ini tentu berdampak pada kehidupan ekonomi yang tidak stabil. Akibatnya, banyak masyarakat Arab yang berkubang dalam kemiskinan akibat peperangan berkepanjangan atau terlalu sering.
Ketidakstabilan sosio-ekonomi itu mendorong mereka pada kebiasaan lain, yakni membentuk kafilah. Kafilah dagang ini yang kemudian melakukan perdagangan pada bulan-bulan tertentu di daerah-daerah lain, seperti Syam dan Yaman. Namun itu juga tak menyelesaian. Penyerangan dan perang antar-kafilah dagang masih terus terjadi.
Karena faktor keamanan yang tidak mendukung siklus ekonomi yang baik, maka terdapat jurang yang lebar pada masyarakat Arab antara orang kaya —yang kebanyakan elite politik— dan orang miskin. Struktur sosial pun berlapis-lapis yang terdiri dari kalangan elite/kaya hingga kaum papa/budak.
Dalam situasi seperti itulah Islam datang. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat, lengkap dengan nilai-nilai kesetaraanya. Islam tidak membeda-bedakan status sosial seseorang. Islam juga mengutuk segala bentuk penindasan atas manusia lain dan membela orang-orang lemah. Akhirnya banyak orang-orang yang termasuk berstatus sosial rendah dalam strata masyarakat Arab waktu itu, seperti orang miskin dan budak, kemudian masuk Islam dan menjadi sahabat yang mencintai dan dicintai Nabi Muhammad.
Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Quran membeberkan tujuan-tujuan diturunkanya Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam. Salah satunya adalah membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia lainnya, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun agama.