Banyak Hikmah, Haul ke-16 Gus Dur di UI

Banyak kisah penuh hikmah yang terungkap dalam acara Haul ke-16 KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), Selasa (9/12/2025) malam. Sepanjang hidupnya, hanya nasib umat atau rakyat kecil yang selalu dipikirkan tokoh humanis sekaligus humoris ini.

Hual ke-16 Gus Dur dalam Majelis Nyala Purnama #8 ini diselenggarakan Direktorat Kebudayaan UI, Komoenitas Makara, dan Urban Spiritual Indonesia, yang bekerja sama dengan Panitia Haul ke-16 Gus Dur. Sebelum malam Majelis Nyala Purnama, acara diisi dengan khatmil Qur’an dan tahlil oleh santri dari Parung, Bogor, Jawa Barat.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Sementara, acara haul diisi dengan doa bersama, orasi budaya, musikalisasi puisi, stand up commedy, dan meditasi. Acara ini dihadiri oleh beberapa penampil, di antaranya adalah Inayah Wahid, putri bungsu Gus Dur, Direktur Kebudayaan UI Dr Ngatawi Al Zastrouw, instruktur meditasi Dr Turita Indah Setyani, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur Dr H Ahmad Hakim Jayli, Ketua Komoenitas Makara Fitra Manan, komedian Dodok Jogja, Musikalisasi Puisi Sasina, dan Swara SeadaNya.

Majelis Nyala Purnama #8 yang dipadukan dengan Haul ke-16 Gus Dur ini mengusung tema “Humanis Humoris, Bersatu untuk Lucu.” Saat tampil sebagai pembicara, Dr H Ahmad Hakim Jayli menyebut sosok Gus Dur merupakan perpaduan terbaik antara humanis dengan humoris.

“Gus Dur sekaligus seorang humanis dan humoris. Karena itulah, seringkali Gus Dur memberikan penghormatan kepada manusia melalui humor-humornya,” ujar Ahmad Hakim yang juga seorang doktor di bidang lingkungan ini.

Ahmad Hakim menambahkan, jika mencermati perjalanan Gus Dur, dapat disimpulkan bahwa humor tertinggi sebenarnya adalah menertawakan kelemahan atau kekurangan diri sendiri, bukan menertawakan orang lain.

Ahmad Hakim kemudian menyebut contoh. Saat masih menjadi presiden, Gus Dur diminta membuka pameran lukisan Gus Mus. Dalam sambutannya, Gus Dur mengatakan, orang tidak bisa melihat kok disuruh membuka pameran. “Itulah contoh humor tertinggi,” ujar Ahmad Hakim.

Sementara itu, saat memberikan orasi, Ngatawi Al-Zastrouw menegaskan bahwa humor bukan sekekdar entertaint ekspresi suka cita. Dalam tradisi Nusantara, humor bisa menjadi sarana melakukan kritik dan menyampaikan aspirasi rakyat kepada para penguasa. Sebagaimana tercermin pada sosok punakawan dalam cerita pewayangan. Secara sosiologis, humor juga dapat menjadi kanalisasi atas kondisi sosial yang pengap akibat sistem politik yang represif.

“Gus Dur menggunakan humor sebagai kritik dan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Melalui humor, Gus Dur melawan sistem represif Orde Baru dengan cara yang menghibur,” ujar Ngatawi Al Zastrouw, yang juga pernah menjadi orang kepercayaan Gus Dur pada dekade 1990-an.

Berikutnya, dalam orasinya yang bergaya stand up komedi, Inayah banyak mengungkap perjuangan Gus Dur secara satire. Dia mengisahkan, di Era Soeharto ikan-ikan di Indonesia sulit dipancing karena takut buka mulut. “Tapi di era Gus Dur, ikan-ikan juga tetep susah dipancing, karena sulit tutup mulut,” canda Inay disambut tertawa ngakak pengunjung. “Begitulah demokrasi, memang berisik, perlu kesabaran dan kebesaran hati,” lanjutnya.

Ketua Komoenitas Makara Fitra Manan menjelaskan, haul Gus Dur merupakan momentum penting tahunan untuk mengenang jasa, pemikiran, dan perjuangan Bapak Bangsa serta pejuang kemanusiaan tersebut. Acara ini diisi dengan refleksi nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur, seperti membela yang lemah, menjaga kebhinekaan, dan pentingnya kepemimpinan yang etis, dengan tema yang berbeda setiap tahunnya.

“Ciri khas Gus Dur yang tak terpisahkan adalah humornya yang cerdas, tajam, dan penuh makna, yang sering ia gunakan sebagai alat komunikasi politik atau cara halus untuk menyindir dan mengkritik institusi atau keadaan sosial, seperti leluconnya tentang ‘tiga polisi jujur (Patung Polisi, Polisi Tidur, dan Pak Hoegeng) atau plesetan-plesetan yang ia gunakan. Itu menunjukkan bahwa humor adalah bagian integral dari sosok dan dakwahnya,” kata Fitra Manan.

Di pengujung acara, Dr Turita Indah Setyani yang juga merupakan pendiri Urban Spiritual Indonesia, memimpin meditasi bersama para hadirin. Meditasi dapat melatih pikiran untuk lebih tenang, sadar, dan mampu mengelola perasaan, membantu menciptakan keseimbangan internal dan kesejahteraan jangka panjang.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan