Zubaid begitu dimanjakan oleh orang tuanya. Ia jarang sekali membantu bapak ibunya dalam mengerjakan tugas-tugas rumahan. Setelah lulus dari SMP, ia dipondokkan. Tradisi pondok, biasanya jika ada santri baru maka ia harus digojlok agar kerasan. Penggojlok adalah para seniornya.
Malam hari setelah selesai mengaji, santri yang sekamar dengan Zubaid ingin menyambut kedatangannya dengan memasak. Mereka membagi tugas. Ada yang mencari lauk. Ada menyiapkan alat masak. Saat itu Zubaid ditugasi untuk ngliwet atau menanak nasi, tugas yang paling mudah untuk santri baru. Tapi, karena Zubaid tidak pernah tahu-menahu urusan tersebut, ia pun bingung.
“Kang, beras ini harus diapakan dulu sebelum ditanak?”
Kang Nuril yang ditanya menertawakan Zubaid. “Gitu aja ko nggak ngerti. Ya, dicuci dulu berasnya biar bersih, kemudian taruh dalam dandang, taruh di atas kompor.”
Zubaid mengerti. Ketika memasak sudah selesai dan giliran untuk bersantap bersama, Kang Nuril merasa ada yang aneh dengan nasi yang ia makan. “Zubaid, berasnya tadi sudah kamu cuci kan? Ko rasanya aneh begini.”
Zubaid menjawab, “Sudah Kang! Sudah saya cuci ko. Saya cuci dengan deterjen supaya lebih bersih lagi.”
Teman sekamar Zubaid tertawa. Malam itu mereka memakan nasi rasa deterjen yang berslogan ‘membersihkan paling bersih’. Zubaid diam saja, tanpa mengetahui kenapa teman-teman menertawakannya.
KHITABAH
Biasanya tradisi dalam pondok terdapat kegiatan khitabah. Yaitu kegiatan santri memberikan ceramah kepada santri lainnya sebagai audiens. Hal ini bertujuan agar santri pesantren siap berdakwah jika nanti terjun ke masyarakat. “Acara selanjutnya adalah mauizah hasanah, yang akan disampaikan oleh Kiai Haji yang masih nyantri, Saudara Bisri Musthofa untuk memberikan tausiyahnya,” MC khitabah mempersilakan Bisri untuk berkhitabah.
Dengan percaya diri, Bisri maju bak pendakwah yang sudah kondang. Ia mengawali ceramahnya, hingga di tengah khitabah ia melakukan yang biasanya ia lihat di pengajian-pengajian umum. “Ini saya ceramah suara sudah sedikit serak, panitia kok belum menyediakan air minum,” disambut gelak tawa dari santri lainnya. Tiba-tiba ada santri yang membawakan botol mineral dan gelas lengkap dengan sedotannya. “Nah, begini dong! Panitia harus bisa menservis kiainya,” Bisri langsung menyeruput air dalam gelas tersebut.
“Enak, Kang?” santri yang menyajikan minuman tadi menyeletuk. Bisri dengan sigap menjawab, “Alhamdulillah, enak Kang!” sambil beberapa kali menyeruput air dalam gelas tadi.
Santri tadi tertawa, “Jelas enak Kang Bisri, la wong air minum tadi dari blumbang!” Bisri pun terkejut lalu sadar ia dikerjai. Santri lainnya pun riuh melihat kejadian tersebut.
*blumbang=kolam yang biasanya digunakan santri mandi.