Perselisihan boleh atau tidaknya mengucapkan Selamat Natal menjadi masalah yang terus menerus merenggangkan kerukunan. Perdebatan ini sangat menarik, di mana kedua kelompok mempunyai rujukan yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an.
Dari kelompok yang memperbolehkan, berpedoman pada Surat Mumtahanah ayat 8:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Dalam ayat tersebut, Allah tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada umat beragama lain, dan sebaliknya umat beragama lain tidak dilarang berbuat baik kepada umat Islam. Sering kita lihat bagaimana umat Kristiani memasang spanduk “Selamat Hari Raya Idul Fitri” di pinggir jalan, yang dimaksudkan sebagai bentuk solidaritas umat beragama. Dengan kata lain, umat Islam pun tidak dilarang mengucapkan Selamat Natal sebagai bentuk solidaritas beragama.
Menurut mereka, ucapan Selamat Natal dimaknai sebagai muamalah, yaitu menjaga hubungan baik dengan umat Kristiani. Mereka ingin menjalin kerukunan dan mempererat persahabatan dengan umat beragama lain melalui ucapan tersebut. Sehingga, mereka meniatkan mengucapkan Natal sebagai bentuk kebahagiaan kecil yang diberikan kepada umat Kristiani.
Sedangkan, kelompok yang melarang mengucapan Selamat Natal, menganggap Natal sebagai hari lahirnya Yesus. Di mana, Yesus dalam konteks agama Kristiani sebagai Tuhan. Kelompok ini khawatir, dengan mengucapkan Selamat Natal akan mengurangi kadar keimanan mereka yang menganggap Yesus atau dalam Islam adalah Nabi Isa sebagai utusan Allah.
Bagi kelompok yang melarang, biasanya merujuk pada pendapat ulama-ulama klasik yang hidup di abad ke-12 Hijriyah. Pada abad ke-12 H, Islam sedang mengalami dua arah serangan besar. Dari timur Islam mendapat serangan dari dinasti Mongoliah. Sedangkan, dari arah Barat, Islam mendapat tekanan dari pasukan Salib. Oleh karena itu, ulama-ulama klasik pada zaman ini memperkuat identitas-identitas Islam, termasuk pelarangan mengucapkan Selamat Natal sebagai bentuk penguatan semangat juang umat Islam.