TERAKHIR KALI
Terakhir kali kumembaca malam
Tak kutemukan bintang-gemintang
Sebab, bulan melarangnya datang
Terakhir kali kumengeja berita
Tak kutemukan cerita-cerita kejam
Sebab, para penguasa menutupinya
Terakhir kali kumengamati cuaca
Tak kutemukan embun berkilau
Sebab, hujan menyeretnya
Pamekasan, Madura 2024.
DI NEGERI PERAWAN
Wanita itu,
Baru saja keluar dari rumahnya
Menjajakan suara dan tubuhnya
Kepada tuan-tuan berkepala uang dan harta
Agar anak dan suami bisa makan leluasa
Wanita itu,
Baru saja keluar dari rumahnya
Meminta keadilan Tuhan dan negara
Siapa yang harus disalahkan?
Apakah suaminya yang pengangguran?
Apakah negara yang tak memberinya makan?
Apakah Tuhannya yang menciptakan?
Atau justru, dirinya yang kelewatan?
Wanita itu,
Baru saja keluar dari rumahnya
Menggandeng tas berisi udara
Mengutuk dirinya -keras kepala
tetap menjajakan tubuhnya, meski hujan mencegahnya
Wanita itu,
Baru saja keluar dari rumahnya
Di ujung jalan, saat hujan
hanya dia dan tiang listrik menggigil -kedinginan
dia terus berjalan,
Tetiba saja bibir minornya mencium aspal jalan,
Dia tersungkur, memandang langit kelam
Di tengah hujan yang menyebalkan, wanita itu bicara kepada Tuhan
“Tuhan, kami lebih perlu pada tuan-tuan kaya daripada Tuhan sepertimu….”
“Jika memang engkau benar, tunjukkan kami keadilan, agar tak ada lagi tuan-tuan yang kami tuhankan!”
Wanita itu,
Baru saja keluar dari rumahnya
di tengah jalan, ia kembali lagi,
Selang beberapa saat, telah pergi.
Pamekasan, Madura 2024.
MENEMUKAN-MU
Aku terbujur kaku di kaki langit
MencariMu yang tak kunjung menemukanku
Aku berlari menerabas hujan,
Berharap masih ada sisa cahaya
Akhirnya,
Kududuk sempoyongan
Menerpa kiblat menghayatkan
Dengan asmaMu kubasahi lisan
Berharap tubuh lusuh ini tiba di tujuan
Sebelum gelap menggulung malam, sebelum lelap membuka mimpi.
Aku ingin leluasa dengan diriku, menggerai tubuhku lebih dalam
Siapa tahu, ada engkau bersemayam.
Pamekasan, 2024.
TERLAMBAT
Akhirnya dia kembali
Setelah bertahun-tahun, merantau ke seberang pulau
Barangkali di kepalanya,
Di sela-sela rindu dan tangisnya
Dia pamit pada tubuhnya
Yang terkujut wajah kekasihnya
Kaki-kaki kenangan melangkah
Menuju doa dan air mata
Tapi, sesampainya di tanah kelahiran
Tersisa ruang kosong tanpa tuan
Hanya ada gundukan tanah, terenyuh basah di belakang rumah.
Pamekasan, 2024.
Ilustrasi: Tragedy, lukisan Pablo Picasso.