DUGUP SUNYI

71 views

Metrum

Bercak langkah-langkah panjangmu

Advertisements

Gugur semi jiwa ragamu

Terdera bidukmu terombang-ambing

Karam dan bangkit nyanyimu hening

 

Katamu, “kesunyian adalah sejatimu

Berdamailah

Pada kesunyian-kesunyian lain.”

 

Debur ombak di dadamu

Lengking dendam yang tenggelam

Ditelan samudramu yang kian legam

Bukti putih palung-palungmu

 

Kau bilang, “Kekerdilan adalah alam rahimmu

Mengertilah

Pada kekerdilan-kekerdilan lain.”

 

Ahoy, bara apimu yang dingin

Sorot matamu yang bening

Aku ingin singgah di bawah beringin

Tamanmu yang hijau kemuning

 

“Kita semua terlahir dari gumpalan ringkih dan alpa

Lalu saling mengaku dan berlomba-lomba

Dan lupa, dan sering kali lupa.” ucapmu,

Sebelum tangis kita terpisahkan, dan aku

Menuliskanmu di persimpangan yang asing

***

Gigir Cakrawala

Lelangkah penuh di bentala caya yang redup remang.

Lalu riak riuh jilatan apimu yang terus tergerus

nyanyian ritmis

tarian laron.

 

Bergegaslah Sebelum gelap meracau

gugus gemintang, petamu

menuju sebenar-benarnya arah pulang.

****

Arloji Tua

Arloji tua itu

Tetap berjalan, mendenting kadang dan

Pertanda, ada yang terlewat.

 

Gaung sorak sorai, mengepul

Juga bersama asap kretek, cintamu

Yang terkurung di kotak kecil berwarna

“Dari anak haram kemajuan”, kataku,

Mungkin juga katamu, bahwa

Kita sepakat untuk terkurung dan sendiri.

 

Tapi arloji tua itu

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan