Kasus-kasus yang Meruntuhkan Reputasi Pesantren

67 views

Belakangan ini banyak diberitakan di siaran televisi atau juga beredar di banyak media sosial seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan medsos lain perihal kasus pencabulan dan kekerasan yang dilakukan oleh oknum yang menjabat sebagai pengasuh pondok pesantren.

Saking ramainya, hampir setiap hari ada saja pembahasan yang membincangkan kasus ini. Dan itu semakin dikuatkan oleh kejadian yang tidak terjadi di satu tempat dan dilakukan oleh seorang saja, namun banyak oknum yang sama-sama menjabat gelar pengasuh, kiai, atau uastaz terjerumus dalam perilaku niradab ini.

Advertisements

Pesantren yang merupakan salah satu lembaga pendidikan agama yang ada di Indonesia telah mendapatkan kesan atau citra positif dari masyarakat sejak dulu. Pesantren yang diasuh oleh seorang kiai,  di dalamnya ditempati ratusan bahkan ribuan santr. Mereka sedang dalam proses menjadi ulama dan cendekiawan (paham agama dan tokoh masyarakat). Karena itulah pesantren memiliki citra yang bagus dan positif dalam persepsi masyarakat.

Para kiai dan pendakwah yang merupakan jebolan dari pesantren menjadikan pesantren memiliki reputasi cemerlang dalam mendidik dan menempa seseorang. Orang tua rela memondokkan anak pada usia dini dengan landasan bercermin pada para ulama yang dibesarkan di pesantren.

Namun, dengan pertimbangan kasus yang sedang viral, yang mencoreng reputasi pesantren, beberapa orang tua mulai gamang dalam memutuskan putra atau putrinya untuk melanjutkan pendidikan di dunia pesantren.

Lantas apa yang menjadi sebab banyaknya kasus tersebut?

Abuse of Power

Dalam hierarki pesantren, kiai merupakan pemimpin yang absolut. Semua kebijakan dan regulasi harus mendapat persetujuan dan restu dari kiai. Bukan tanpa alasan. Sebagai seseorang yang membangun peradaban pesantren atau mewarisi jiwa ayahandanya serta didukung oleh ilmu agama yang memcapai tingkat tinggi, kiai layak mendapat posisi dalam puncak hierarki pesantren.

Pesantren adalah miniatur dari dunia kemasyarakatan. Hal pertama yang akan menjadi standarisasi baik atau buruk, berhasil atau gagal, adalah pimpinannya. Kiai yang bijaksana mampu menciptakan culture yang baik, karena kiai adalah teladan bagi santri yang merupakan masyarakatnya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan