“Kita Harus Restorasi Amnesia Sejarah”

Bangsa Indonesia harus melakukan restorasi amnesia sejarah agar tak kehilangan arah dalam menyongsong masa depan dunia yang penuh gejolak.

Hal tersebut diungkapkan sastrawan Jamal D Rahman dalam orasi kebudayaan pada acara Semaan Puisi dan Haul Sastrawan 2025 di gedung Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (28/10/2025) malam.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Kang Jamal, panggilan akrabnya, menyampaikan orasi budaya berjudul “Asrul Sani: Jalan Wasatiah Kebudayaan Indonesia”. Kang Jamal melakukan studi retrospeksi terhadap sosok sastrawan Angkatan 45 Asrul Sani. Menurutnya, Asrul Sani memiliki perang penting sebagai peletak dasar dan pengembangan sastra modern di Tanah Air.

“Sayangnya, peran penting Asrul Sani ini justru dilupakan. Tak diingat oleh bangsa Indonesia setelah generasinya,” kata Kang Jamal.

Di luar karyanya di bidang sastra, teater, dan film, Surat-surat Kepercayaan Gelanggang yang diterbitkannya pada pada tahun 1950 dan 1966 menunjukkan peran Asrul Sani dalam mengarsiteki sastra dan kebudayaan Indonesia modern, yang tak terbelenggu dengan masa lalu, tak terseret ideologi Timur, dan tak membeo pada ideologi Barat.

Kepeloporan Asrul Sani dalam pendirian Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) di bawah Nahdlatul Ulama (NU) makin meneguhkan posisi Asrul Sani dalam membawa arah kebudayaan Indonesia modern. “Dengan semua peran yang dimainkannya itu, Asrul Sani adalah orang yang membuka jalan wasatiah kebudayaan Indonesia, yang hari ini populer dengan istilah moderasi,” ujar Kang Jamal.

Lebih dari itu, tambah Kang Jamal, kebudayaan nasional yang diancang Asrul Sani bukan berbasis ideologi, baik Timur atau Barat, namun dilambari iman. Artinya, nilai-nilai ketuhanan harus menjadi sumber nilai pengembangan kebudayaan Indonesia modern. “Itulah tonggak terpenting dari peran Asrul Sani,” tandasnya.

Sayangnya, demikian penegasan Kang Jamal, peran dan sosok Asrul Sani makin lama justru dilupakan. Ironisnya, tak hanya dilupakan oleh masyarakat intelektual dalam diskursus kebudayaan nasional, tapi juga tak diingat oleh kalangan NU sendiri. “Dalam kesempatan ini, saya menyerukan agar kita merestorasi amnesia sejarah, agar kebudayaan kita, kita sebagai bangsa Indonesia, tak kehilangan arah,” tutur Kang Jamal.

Orasi kebudayaan Jamal D Rahman ini merupakan bagian dari Semaan Puisi dan Haul Sastrawan 2025 yang terselenggara atas kerja sama Komunitas Semaan, Direktorat Kebudayaan UI, dan Karang Taruna 08 Serua Depok yang didukung Kementerian Kebudayaan RI. Acara diawali dengan Hikmah Haul oleh Direktur Kebudayaan UI Dr Ngatawi Al-Zastrouw dan pembacaan puisi oleh sastrawan Taufiq Ismail.

Dalam acara yang dihadiri oleh istri almarhum Asrul Sani, Mutiara Sani, ini juga dimeriahkan pembacaan puisi oleh sastrawan-sastrawan ternama, seperti Acep Zamzam Noor, Sunu Wasono, Slamet Widodo, dan Jose Rizal Manua. Selain itu ada musikalisasi puisi oleh Sanggar Matahari dan penampilan drama mini yang dimainkan oleh Sinta Debeturu dan Aryo Srengenge.

Sebelum Semaan dan Haul Sastrawan, sore harinya digelar diskusi buku Menggali Api Pancasila karya Ngatawi Al-Zastrouw. Diskusi dengan tema “Pancasila dalam Sastra” ini juga menghadirkan Dekan Fakultas Ilmu dan Budaya UI Dr Bondan Kanumoyoso sebagai narasumber.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan