Kreator Jalan Ketiga yang Terlupakan: Refleksi Identitas Intelektual Asrul Sani*

I. Kebudayaan sebagai Tadarus Ingatan

Kebudayaan tidak hanya lahir dari produksi karya, tetapi dari kesadaran untuk mengingat. Dalam ingatanlah manusia menemukan kembali akar, arah, dan makna perjalanannya sebagai bangsa. Dalam ingatan pula bangsa Indonesia meneguhkan dirinya di hadapan perubahan zaman—bahwa identitas tidak tumbuh dari kekosongan, melainkan dari kesinambungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/
Andy Lesmana.

Di situlah Semaan Puisi dan Haul 12 Sastrawan Indonesia 2025 menemukan maknanya. Ia bukan sekadar agenda budaya tahunan, melainkan peristiwa spiritual-kultural yang meneguhkan hubungan antara iman, imajinasi, dan ingatan. Ketiganya adalah poros yang menyangga keberlanjutan kebudayaan bangsa.

Dalam kegiatan ini, puisi tidak lagi dibaca sebagai teks estetik semata, melainkan sebagai doa yang bernyawa; haul tidak hanya menjadi acara mendoakan arwah, tetapi juga laku kultural untuk merawat jejak pemikiran dan nilai-nilai yang diwariskan oleh para sastrawan besar.

Kebudayaan, dengan demikian, tidak lagi hadir sebagai tontonan, tetapi sebagai tadarus kebangsaan. Sebagaimana para santri membaca kitab kuning untuk memahami hikmah hidup, masyarakat diajak membaca karya sastra dengan kesadaran spiritual: menyelami kata-kata sebagai zikir dan tanda-tanda kehidupan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan