Mengintip Gaya Santri Pacaran

1,378 views

Pacaran merupakan salah satu larangan di pondok-pondok pesantren di antara beberapa larangan lainnya. Pihak pesantren menganggap pacaran tidak pantas dilakukan oleh santri dan karenanya termasuk melanggar agama. Selain itu, pacaran juga dianggap dapat mengganggu proses belajar dan mengaji santri di pondok.

Namun, tidak jarang sebagian oknum santri melanggarnya, meski memang gaya pacarannya cukup sederhana dan tidak seperti anak-anak muda di luar pesantren. Semua santri pun sudah mengetahi bahwa sanksi (takzir) bagi santri yang ketahuan berpacaran merupakan sanksi terberat di antara sanksi-sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang lain.

Advertisements

Rujukan larangan berpacaran oleh pesantren adalah karena Islam juga melarang hal tersebut yang berpotensi dapat mendekatkan pelakunya pada perbuatan zina. “Wa laa taqrabuz zinaa innahu kaana faahisyatan wa saa’a sabiilaa” (Dan janganlah kamu mendekati zina; sesugguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk. QS. Al-Israa:32)

Level sanksi pacaran bertingkat-tingkat, mulai dari yang ringan sampai yang terberat. Yang ringan, misalnya, santri mendapat sanksi “audiensi”, yakni bolak-balik menghadap dan meminta tanda tangan pengasuh pondok. Sedangkan, sanksi terberatnya adalah sepasang santri yang berpacaran tersebut akan disuruh memilih apakah akan bertunangan namun salah satunya harus berhenti mondok, atau putus saja namun tetap sama-sama masih boleh stay di pondok.

Pilihan yang cukup berat tersebut bisa membuat si santri pusing tujuh keliling. Biasanya, pihak keluarga si santri akan diberitahu dan diajak bermusyawarah oleh pihak pondok perihal tersebut. Hal itu merupakan cara terakhir (final method) dan hanya berlaku bagi santri yang terus-terusan melangar. Artinya, bukan hanya berpacaran satu-dua kali. Namun seolah-olah sudah menjadi habit (kebiasaan) yang cukup sulit untuk diatasi. Dan hanya sanksi tersebut yang bisa membungkam dan memberi pelajaran berharga bagi mereka.

Mungkin pertanyaannya, kok bisa santri pacaran? Padahal dinding dan tembok-tembok pesantren begitu tinggi dan kokoh untuk membatasi area santri putra dan putri. Pintu gerbang pun dijaga ketat oleh pihak pengurus keamanan pondok. Akses jalan antara keduanya juga sangat sulit untuk ditembus.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan