MENJELANG SUBUH YANG SUNYI

83 views

MENJELANG SUBUH YANG SUNYI 

pada petang yang menyita sunyi
ringkih duka lalu melintas kembali dan ungkap
melalui lagu-lagu tahajjud di hati sajadah
sementara semesta memilih jalanku yang meski menyiksa kebebasan
kota yang akan bertandang warna
kusut milik para jalang
tikamku adalah cermin hatimu
tanpa mencederai kawan lain
di tubuh moksa
yang seharusnya membatin kuning cerlang di mata kita.

Advertisements

kini, subuh berhari-hari kucarik sajadah
sebagai munajat cintaku pada tahun sekali
untuk mempersunting pahala
dengan bibir demam
abjad yang terpampang mengamini nyata kepala
lewat dauh Abuya

Abuya, tarawih malam itu
Abuya, dan tahajjud hari itu

akhirnya, guguran daun memilihmu terbang mendekat.

Telang indah, 2024.

LAMUNAN MALAM

tabuh itu

bisa melawan kantuk dan pahala syukur itu nikmatnya bertengger riuh mewarnai kehidupan luas

peringai anak itu tumbuh kembang menuju guru ngaji

dan mereka berbondong-bondong mengikutinya

semua berucap kasih telah dipertemukan,

sedetik saja

aku ingin menangis karena telah bersua kembali bulan jagat berkah

“barangkali inilah tuhan menghadiahkan sebuah jalan sebelum pulang”

Telang indah, 2024.

RINDU DAN WAKTU

barangkali waktu lesat itu

adalah ibu menunggu kehadiranku

di balik nasi jagung menguning,

kuah daun kelor serupa rinduku padanya

ia meramunya selesai sholat ashar digelar

mak, biarpun aku mencebur di dalamnya, rindu terhunus satu-satu

; betapa pekatnya kehidupan di sana

biarpun aku menyatu dengan alam warnanya, karena aku yakin rasanya pasti berbeda

hanya doa segala tertinggal

kita bisa saja menghentikan rindu ini selesai

tapi waktu, ingin selalu bersamamu

kukira hanya jeda dari sebuah perjalananku dan kalian

mak, salahkah rasa ini tak terkendalikan

sedang potongan rambutku tiada berapa kalinya di tebang?

Gang IV Telang, 2024.

KERAGUAN

kurasa lenyap sudah keraguan

yang membuncah dalam sanubari; untuk tidak lebih dekat dengan-Mu

bulan berubah senyum, malam pun bermegah

matahari berubah kemilau, miliki aku selamanya

barangkali waktu secercah cahaya, gelap lalu, terang sekarang

jika aku tidak sedikitpun merasakan silaunya

ragu itu luka-sia bahkan

biarpun terkurung silau sedalamnya

aku ingin terbirit-birit keluar dari keraguan

dan suara itu ; allahumma bariklanaa fii rojaba wa sya’bana wa ballighnaa romadan.

Telang indah 2024.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan