Setelah kurun waktu satu dekade sejak meningggalnya Gus Dur dengan berbagai polemik lengsernya kepemimpinan beliau, warga nahdhiyin khususnya dan para netizen, juga bangsa Indonesia umumnya digemparkan dengan terbitnya buku Menjerat Gus Dur yang ditulis oleh kang Virdhika Rizki Utama. Para pengritik dan musuh-musuh Gus Dur tentu mungkin menginginkan kejadian pelengseran Gus Dur oleh MPR melalui sidang istimewa (SI) pada 23 juli 2001 dilupakan sejarah dan dianggap sebagai sebuah penyimpangan dari Gus Dur dan tidak memiliki konsekuensi jangka panjang.
Namun, ironisnya, sebuah kejadian tidak sengaja ketika kang Virdhi yang seorang wartawan meliput peresmian renovasi gedung DPP Golkar menemukan sebuah dokumen tua bertanggal 29 Januari 2001 yang akan dikilokan oleh petugas. Ketika diteliti, ternyata itu adalah lampiran yang berupa dokumen otentik proses pemakzulan Gus Dur yang disebut dengan Skenario Semut Merah (Semer). Dokumen tersebut ditulis Fuad Bawazier dan ditujukan kepada Akbar Tanjung, yang saat itu menjabat Ketua Umum DPP Golkar. Ada nama-nama besar tokoh nasional disebut di dalamnya dengan tugas masing-masing. Antara lain, Amien rais, Anas Ubaningrum, Arifin Panigoro, Priyo Budhi Santosa hingga Azumardi Azra, Surya Paloh, dan Din Samsudin
Dalam buku Menjerat Gus Dur diterangkan bagaimana Fuad Bawazier, Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VII, itu menjadi “kepala operasi” dan membagi tugas kepada beberapa pihak untuk penggalangan opini, menjaring dukungan masyarakat, propaganda media, termasuk merekrut preman, cendekiawan, dan pengusaha. Tujuannya jelas: menjatuhkan kredibilitas Presiden Gus Dur melalui kasus Buloggate dan Bruneigate yang dinilai telah berjalan sesuai skenario.
Kang Virdhi dalam bukunya juga menjabarkan awal skenario pelengseran Gus Dur yang dinilai sangat konsisten dalam memimpin dan memperjuangkan demokrasi dan menentang pemerintahan otoriter dan oligarki rezim Orde Baru. Konsistensi Gus Dur ketika menjabat menjadi presiden antara lain karena tidak mau diatur oleh koalisi Poros Tengah yang dipimpin Amien Rais, koalisi yang mencalonkan Gus Dur menjadi presiden.
Kenapa mereka mencalonkan dan mendukung Gus Dur? Mereka berpikir akan dengan mudah mengendalikan Gus Dur. Poros Tengah punya kepentingan membawa semangat sektarian Islam, yang sebagian faksi kecewa dengan dicopotnya Habibie sebagai presiden. Sebab, Habibie dianggap sebagai representasi Islam karena keterlibatannya sebagai Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Sementara, di mata Gus Dur, ICMI hanyalah akal-akalan Soeharto untuk memanipulasi sentimen agama demi kepentingan politiknya. Maka itu, ia menolak tegas ketika diminta jadi anggota ICMI. Ini berkaitan lagi dengan sikap Gus Dur yang oposan terhadap rezim Orde Baru. Ada yang berpendapat juga, pengusungan Gus Dur oleh Poros Tengah merupakan cara untuk menjaga keseimbangan kekuasaan antara kelompok Megawati dan kelompok Habibie.