Merenungkan Perdebatan Soal Tambang

221 kali dibaca

Membaca berbagai opini yang berpolemik tentang tambang yang ditulis oleh kalangan intelektual baik di koran atau media sosial, seperti tulisan Gus Ulil, Airlangga Pribadi, dan lain-lain, membuat kita perlu merenung kembali apakah sebenarnya argumen para intelektual itu cukup menjawab masalah atau hanya membuat masalah semakin bermasalah? Apakah argumen mereka berhasil keluar dari tempurung atau masih ada di pusaran yang itu-itu juga, pusaran teori-teori semata?

Saya sendiri sampai detik ini pesimis akan dampak signifikan dari buah pemikiran hasil perdebatan itu. Saya merasa argumen-argumen yang pro tambang terlalu dibuat-buat, juga yang kontra seakan terasa mencari-cari celah saja. Keduanya hanya mau asyik berpolemik, seperti “berbalas-balas pantun”, saling menunjukkan kelemahan dan kelebihan masing-masing dalam bidangnya alih-alih menyentuh persoalan yang nyata. Saya memahami sedikit topik-topik mereka, tapi serasa saling berapologi daripada mau memecahkan masalah yang tengah terjadi.

Advertisements

Saya memang terlalu berpikir realis. Dan bagi saya keduanya tidak memberi dampak yang berarti bagi kenyataan yang kini sedang berlangsung. Alih-alih hanya serupa alat dari masing-masing “kekuasaan” yang memiliki ideologinya sendiri. Walaupun terdengar “memihak”, nyatanya bagi saya sendiri, keduanya tidak “memihak” pada kenyataaan dan kesejahteraan rakyat yang sebenarnya, tidak berpijak pada konteks-konteks konkret. Hanya berbicara boleh atau tidak, harusnya begini atau begitu, tetapi kekuasaan tetap tuli dan bisu.

Saya sangat menghormati para intelektual yang berdebat soal tambang itu. Jelas, reputasi mereka di kalangan pengikutnya masing-masing sangat besar dan penting. Alangkah sembrono dan mungkin sok tahu ketika orang seperti saya, yang santri mbeling yang penulis amatir ini, turut campur perdebatan yang “tinggi” itu. Para intelektual itu tentu para pendekar gagasan, terlihat dari tulisan yang rapi dan detail walaupun agak terkesan “pamer” teori. Secara akademik mungkin sudah tidak perlu diragukan. Tapi perdebatan itu pula terasa agak “janggal”, sebab tidak ada kenyataan yang dibicarakan. Tidak ada data dan fakta yang dibahas, hanya mengawang-awang tertiup angin kemudian.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

One Reply to “Merenungkan Perdebatan Soal Tambang”

Tinggalkan Balasan