Pernahkah berniat membuka ponsel “sebentar saja”, lalu tanpa sadar satu jam berlalu? Lalu mata lelah, kepala penuh, tapi hati terasa kosong. Itulah tanda bahwa kita sedang menjadi korban paling halus dari zaman digital: overdosis dopamin.
Dopamin adalah hormon kebahagiaan yang diproduksi otak setiap kali kita mendapat rangsangan menyenangkan—entah itu like di Instagram, video lucu di TikTok, atau pesan masuk ke WA dari seseorang yang kita tunggu. Tubuh kita merasa bahagia, tapi dalam dosis berlebihan, dopamin bisa menjadi racun yang mengikis kemampuan fokus, kesabaran, dan ketenangan batin.

Kita pun jadi makhluk yang tidak tahan sepi, tidak betah diam, dan selalu gelisah jika layar tidak bergerak. Dunia digital mengubah cara otak bekerja: dari berpikir mendalam menjadi sekadar bereaksi cepat.
Fokus Menjadi Barang Langka
Saking seringnya mendapat “hadiah kecil” dari layar, otak kita kehilangan kemampuan menikmati proses panjang. Lebih suka yang instan. Membaca buku sepuluh halaman terasa sangat berat. Mendengarkan ceramah lima belas menit mulai mengantuk. Menghafal ayat satu halaman terasa sulit tanpa diselingi membuka notifikasi.
Padahal, kemampuan fokus adalah fondasi dari semua bentuk ilmu dan ibadah. Tanpa fokus, kita hanya mengonsumsi potongan-potongan pengetahuan tanpa makna. Kita menjadi seperti orang yang makan terus-menerus, tapi tak pernah merasa kenyang.
Fenomena ini bahkan sudah tampak di dunia pendidikan. Guru mengeluh murid cepat bosan, dosen merasa mahasiswa sulit bertahan mendengarkan kuliah tanpa membuka HP, bahkan para orang tua bingung karena anaknya lebih hafal nada notifikasi daripada doa-doa pendek.
Bukan karena generasi ini bodoh, tapi karena otak mereka terlalu sering dibanjiri dopamin instan, sehingga kehilangan kemampuan menikmati belajar yang pelan tapi mendalam.
Dampak Nyata di Masyarakat
Mari kita coba lihat di ruang-ruang publik: di kafe, ruang tunggu, bahkan masjid sekalipun—jarang sekali orang benar-benar diam tanpa menatap layar. Setiap jeda dua menit, tangan otomatis merogoh ponsel, bukan karena penting, tapi karena tubuh menagih “hadiah” kecil dari notifikasi.
