Replik terhadap Framing Tradisi Pesantren

Fenomena akhir-akhir ini, banyak kalangan melakukan framing negatif terhadap tradisi pesantren. Kemudian, muncul pro-kontra, kontroversi, dan opini-opini yang saling berlawanan terutama di media sosial.  Sebagian menggunakan akal dan data dalam menganalisa. Sebagian lagi asal bunyi (asbun) dan terbawa opini-opini buzzer, yang saya yakin ketika dimintai pertanggungjawaban terhadap opini mereka pun tak dapat menyentuh akar permasalahan. Dalam hal ini saya ibaratkan “santri yang ikut berfatwa tanpa paham kaidah ushuliyyah” atau “seorang yang bicara tentang laut, namun mencelupkan jarinya ke laut saja tidak pernah”.

Mereka yang melakukan framing negatif terhadap tradisi pesantren biasanya menggunakan dalil dari hadis Nabi. Misalnya ini: Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah seorang hamba menundukkan kepalanya kepada orang lain (dengan rasa hormat yang berlebihan), karena Allah saja yang berhak dipuji dan diagungkan.”

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Hadis tersebut banyak dijadikan pisau untuk menyerang santri yang dinilai berlebihan dalam menghormati guru dan ilmu. Cercaan, celaan, penghinaan terhadap trilogi moral keilmuan Islam (kiai, santri, dan pondok pesantren) sudah cukup bagi santri untuk tidak ikut diam dalam mempertahankan identitasnya. Ketika santri dianggap berlebihan dalam menuntut hukum dengan pemboikotan Trans7 beberapa waktu lalu, di situlah justru alasan kenapa Allah menciptakan rasa marah kepada manusia.

Selain hadis Nabi tersebut yang digunakan untuk menghakimi tradisi pesantren (dilakukan misalnya oleh Guru Gembul, Heri Prass, dan figur terkenal lainnya), mereka juga berdalih bahwa Baginda Nabi, para sahabat, dan ulama terdahulu tidak pernah mengajarkan “menghormati guru” dengan bentuk bungkuk. Alasannya, bentuk bungkuk (bukan sujud) dan duduk di bawah guru bukan sebagai bentuk penghormatan.

Tapi benarkah klaim tersebut benar? Benarkah kami para santri tak memiliki dasar yang kuat? Benarkah kami para santri sudah saatnya mengevaluasi budaya pesantren dan menerima kritik.

Oleh karena itu, esai ini dibuat semacam replik yang ringkas untuk menjawab persoalan tersebut. Berikut dalil dan argumentasinya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat an-nisa:59, terkait kewajiban menghormati ulama:

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan