Revolusi Papan Tulis Santri: dari Kayu sampai Gadget

Di sebuah sudut pesantren tua di Banten pada akhir abad ke-19, seorang santri muda bernama Achmad Djajadiningrat duduk bersila. Di hadapannya terbentang sebuah papan kayu berukuran sebesar kertas folio. Papan itu dilengkapi benang-benang tipis yang terbentang rapi membentuk garis-garis horizontal. Di tangannya, sebatang pena bambu yang diruncingkan. Di sampingnya, sebuah balok kecil berisi tinta hitam pekat hasil racikan jelaga dan getah pohon.

Dengan penuh khidmat, ia meletakkan selembar kertas di balik benang penggaris itu. Satu per satu, huruf Arab mengalir dari ujung penanya. Tulisan rapi tersusun mengikuti panduan benang. Inilah cara santri menulis sebelum era buku cetak dan pulpen modern. Inilah revolusi dari papan tulis kayu yang kini hampir punah dari ingatan kolektif kita.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Lawh dan Mistharah: Teknologi Menulis Abad Pertengahan

Papan kayu yang digunakan Achmad disebut lawh atau dalam bahasa Belanda kolonial dicatat sebagai schrijfgerei van den santri (alat tulis santri). Alat ini terdiri dari papan kayu berukuran sekitar 30×40 sentimeter, sedikit lebih besar dari kertas folio biasa. Papan ini memiliki permukaan yang halus dan dibingkai dengan kayu yang lebih tebal di setiap sisinya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan