Disrupsi merupakan era terjadinya berbagai inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental. Disrupsi dapat mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke dalam cara-cara baru.
Perubahan semacam ini membuat segala sesuatu yang semula berjalan dengan normal-normal saja dan serba teratur, tiba-tiba harus berhenti atau berubah secara mendadak akibat hadirnya sesuatu yang baru. Misalnya, perubahan teknologi, aplikasi, atau berbagai kombinasi yang disebabkan oleh berbagai faktor. Era ini menuntut manusia untuk berubah atau punah.
Disadari atau tidak, peradaban manusia telah berangsur-angsur mengalami perubahan, dan perubahan yang akan semakin cepat. Hal ini membuat manusia memasuki revolusi teknologi yang secara fundamental telah mengubah hidup manusia di semua dimensi kehidupan. Termasuk dunia pesantren dan santri.
Dalam menghadapi perkembangan zaman ini, santri harus bisa beradaptasi dan melakukan perubahan. Selain menekuni diskursus keagamaan yang sangat kental dengan kajian kitab kuning, santri juga dituntut untuk mempunyai daya intelektual yang luas, yang bisa menghubungkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Santri zaman ini mempunyai tantangan khusus dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan digitalisasi. Salah satunya adalah artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin ke sini semakin berkembang. Oleh karena itu, optimalisasi peran santri menjadi sangat penting dalam rangka menjawab tantangan kehidupan era disrupsi saat ini. Produktivitas adalah salah satu target yang penting untuk dicapai santri dalam melakukan optimalisasi.
Dalam buku The Productive Muslim Where Faith Meets Productivity karya M Faris, dijelaskan bahwa ada tiga macam kategori produktivitas, yaitu 1) produktivitas spiritual; 2) produktivitas fisik; dan 3) produktivitas sosial.
Pertama, prioduktivitas spiritual adalah bagaimana mempertahankan spiritualitas yang meningkatkan produktivias. Dalam hal ini ada tiga keyword dalam spiritualitas yang dapat meningkatkan produktivitas, yaitu, energi spiritual, fokus spiritual, dan waktu spiritual. Energi spiritual bisa didapat dari takwa (kesadaran tentang ketuhanan), tawakkal (berserah diri kepada Allah), bersyukur kepada Allah, sabar, dan ihsan.