SEIKAT DOA DI KERAK MALAM MUNAJAT SERIBU PURNAMA
lekaslah jiwa,
nyanyikan orkestra seikat kembang
rembulan menggantung,
di jantungmu yang berdetak cahaya
lampiran potret memagut purnama
sebuah lampion merah rembulan tafakur
di sudut jantungmu menarakan bebunga
kerak malam siluet pelangi,
bersayap gemuruh kelam, menabur
mimpi sempana di wajahmu yang ranum
bila kubekap nuranimu di jejak lirik puisi
senyummu bertakhta sepasang ombak
di lengkung langit pelangikan awan
meraup telaga surga,
di pesisir derai gemulai nyiur melambai
bertaut ratu malam,
gerbang kelindan rindu
pada sepekat pagi di ceruk matamu
seikat doa di malam itu,
membakar darah dupa bersajak bianglala
Madura, 17012021.
TEDUH SECAWAN ANGGUR, DIORAMA GUGUR DAUN KEMUNING
separo rembulan menggantung,
di kedip alismu mengiris jejak kemarau
dalam pekat hati berlumpur luka
tajam matamu menikam sukma
secawan anggur yang kau hirup,
perah diorama perih berkalung darah
aku terkapar di bukit imajinasi
bercermin pada riak sungai,
pecah mata air, air mata luruhkan sepah
seduh pagi iramakan tuak,
tangkai kemuning gugurkan daun
berkerak jiwa menelan angkara
sepanjang napas menadah pilu durja
keping alismu binarkan laksa berdarah-darah
rengkuh nurani Tuhan,
degup malam munajat teluh ilalang
Madura, 18012021.
BERSAYAP SEPI MEMELUK SUNYI
seikat bianglala tertidur di dadaku,
teguk separuh napas mengalir di palung jiwa
membawa kepak sayap terpatah
deras nafiri melepas tali memeluk sepi
beranda hatimu, terhempas di pelupuk malam
membalut dermaga, serupa orkestra nyanyian api
gigil hujan membakar kemarau
memecah tujuh langit, menjadi
kepingan anyir darah, melepuh tarian zaman
dalam dekap sunyi,
malam pendarkan butiran bintang
lelap berderai di dulang pancasona
senarai takbirmu membelah angkasa
melarung purba rindu yang paling mendada
nafiri melepas kerak malam,
ayat Tuhan membakar selendang kelam
sunyilah senyap senyaplah sunyi
bilur dermaga hati mendulang cahaya
bersayap sepi
memeluk sunyi
merapal doa
Tuhan!
Madura, 18012021.