Baru-baru ini, tampilan dokumentasi “Senam Moderasi Beragama” mewarnai ruang-ruang media sosial, seiring dengan ragam rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama di beberapa daerah, sehingga mampu menjadi perhatian netizen karena senam moderasi beragama dinilai baru.
Dalam praktiknya, senam moderasi beragama ini tidak hanya dipahami sebagai sarana untuk dapat sehat secara jasmani saja. Akan tetapi, juga dipahami sebagai sarana strategis dan menjadi wasilah dalam upaya menanamkan kesadaran kerukunan umat dalam beragama dan bernegara.
Salah satu “Senam Moderasi Beragama” diselenggarakan oleh Kantor Kemenag Kabupaten Jember belum lama ini (20/12/2022). Kegiatan senam dilaksanakan dalam rangkaian menyambut Hari Amal Bahkti (HAB) Kemenag yang ke-77.
Meskipun, tidak banyak yang berbeda dengan kegiatan senam-senam pada umumnya, namun senam moderasi yang sempat digelar di alun-alun Kabupaten Jember ini ternyata berhasil menyedot perhatian publik. Bahkan, ratusan peserta yang mengikuti senam moderasi ini, terlihat kompak saat melakukan gerakan-gerakan senam, sebagaimana panduan seorang instruktur.
Musik yang ditentukan untuk mengiringi setiap lenggokan dan gerakan peserta, sengaja dipilihkan pada lagu yang dinilai cukup hits dan akrab ditelinga peserta. Keserasian antara musik, lagu, dan gerakan pada senam ini ternyata mampu memikat peserta, bahkan larut dalam setiap gerakan senam yang dipandu oleh instruktur. Tak ayal dokumentasi senam moderasi inipun sempat viral dibanyak platform media sosial.
Artikel ini melihat bahwa senam moderasi beragama yang ditampilkan sebagai rangkaian kegiatan memperingati HAB Kemenag di lingkungan Kementerian Agama di sejumlah daerah adalah sebagai wasilah, yaitu bagian dari media dalam upaya mengkampanyekan nilai-nilai moderasi beragama kepada masyarakat luas. Senam menjadi media yang sangat strategis sebagai sarana menanamkan nilai, apalagi masyarakat kita hari ini menjadikan senam sebagai kegemaran bahkan juga bagian dari tren gaya hidup sehat.
Moderasi beragama harus menjadi prioritas. Mengingat, hingga kini, keberagaman bangsa Indonesia masih berpotensi sebagai pemicu konflik. Namun demikian, keberagaman menyangkut isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA), sesungguhnya akan dapat terjalin dengan baik, dan tumbuh menjadi kekuatan besar sekaligus kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, apabila masyarakat mampu mengelola dengan baik.