Tepat di pojok perempatan samping musala. Sebuah rumah megah mentereng berdiri. Halamannya luas, penuh dengan tanaman dan bunga. Lengkap dengan rumput hijau yang tumbuh rata di sekitarnya. Bagai sebuah karpet berwarna hijau indah. Al yang kerap kali lewat di depannya tak pernah melewatkan pemandangan itu. Terlebih lagi pada jendela paling pojok atas rumah itu. Dia menanti bunganya yang mekar membuka jendela. Sampai dia hafal kapan saja waktu dia membukanya. Dan saat itu tiba dia akan mencari-cari alasan untuk lewat depan rumahnya.
Tapi ada satu waktu. Saat Asya tak menampakkan wajahnya, tak membuka jendelanya. Namun Al merasa itu adalah saat semua keindahannya muncul. Bagai baskara saat pertama muncul di ujung timur, dan mega yang akan selurup di ufuk barat. Bahkan dengan mata telanjang pun mampu menikmatinya. Itu adalah saat antara dua salat yang paling dekat. Akan ada gorden di jendelanya. Sebuah lampu pijar akan menyala. Daun jendelanya di tutup rapat. Namun bias bayangnya akan lekat pada sang jendela. Setelah itu lirih nada akan terdengar. Melafalkan bait-bait sakral ciptaan maestro kehidupan. Setelah itu dia akan selalu melangkah berjamaah saat adzan selanjutnya terdengar.
Alaudin dan Mojin yang telah selesai menutup kitabnya akan merebahkan badan di serambi. Kadang mereka hanya duduk menanti jamaah. Dan ketika takmir telah memukul beduk, itu adalah saat yang Al tunggu. Sahabatnya Mojin yang sangat mafhum akan hal itu selalu saja menyindir Al yang akan kabur saat sayup-sayup sosok Asya terlihat dari kejauhan. “Al, kali ini jangan kabur.”
Pemuda itu menatap Mojin penuh makna, serta sedikit menggelengkan kepalanya. Dia selalu saja kabur saat wanita pujaannya datang. Tanpa tahu bahwa dia selalu dipertanyakan tingkahnya kepada sahabatnya. Dan saat mereka bertemu tanpa kesengajaan, bibirnya seolah sangat kering untuk dibuat bicara. Otaknya akan kusut untuk hanya memulai sebuah pembahasan, yang pada jauh-jauh hari selalu Al susun di sebuah buku catatan. Membayangkan jika dirinya memang bisa berbincang lepas dengan sang bunga.