SEPUCUK SURAT UNTUK TAN MALAKAT
Tan
Sudikah kau mendengar dengan seksama
Kisah-kisah muram di zaman yang suram
Dahulu dengan mencecap sakit yang mencekam
Kau mencurahkan usahamu untuk belajar
Di kepalamu berkeliaran nasib para buruh
Di benakmu bekelana nasib anak bangsa
Di pikiranmu terbentang luas nilai-nilai kemanusiaan
Aku malu padamu
Diriku lumpuh oleh nada-nada
Yang disiapkan para pemodal
Kami terlena dalam giur yang menjinakkan
Engkau sakit, tapi belajar
Kami sehat tapi pikiran kami kotor oleh asmara
Kauarungi samudra dengan perenungan
Kami arungi waktu dengan kepatahhatian
Kau terbata-bata mengeja pembebasan
Kami terenyuh-enyuh dengan kegalauan
Tan,
Harus dengan cara apalagi aku menyembungikan urat malu ini
Dengan gigih kauturun
Menghunus kata
Mencerca penjajah
Namun kami
Terjatuh pada lautan puisi cinta
Dari penjara ke penjara kau menggagas ide
Dari warung kopi ke warung kopi
kami pacaran
Kau tumpuk-tumpuk pustakamu
Kami tumpuk-tumpuk surat cinta
Kau lari dari perang ke perang
Kami lari dari pasangan ke pasangan
Tan,
Aku malu
Aku sedih
Aku mengecewakanmu
JANJI PELIPUR UNTUK PEJUANG
Pada gusar yang menggelegar
Tiadakah dikau tahu, bahwa senyuman siluet senja selalu tersungging indah demi melipur laramu
Danau menari dengan anggun memeluk segenap gundah yang angkuh dalam jiwa
Siur angin bersenandung, mengucap salam kehangatan bagi sosok pejuang di depannya
Wahai gusar yang menggelora
Bukankah sangat indah lekukan awan di balik siluet jingga itu
Kicau burung menghancurkan kacau hati yang terpencar
Di balik letih itu, Tuhan selalu berhasil melukis bahagia pada kanvas pejuangnya
Wahai gusar yang pongah