Serpihan Barokah di Sisa Air Minum

246 views

Barokah merupakah istilah yang tidak asing di telinga umat Islam, terlebih di kalangan santri dan dunia pesantren. Bahkan, perihal barokah bisa menjadi spirit perjuangan dan pengabdian tersendiri bagi kalangan santri untuk berkhidmah kepada sang panutan, kiai.

Sebagai bagian dari tradisi yang masih hidup di pesantren, barokah bukanlah hal yang rasional, sebab ranahnya berada dalam “zona spiritual”. Orang yang bisa merasakan adanya barokah adalah orang yang sudah mencapai babakan spiritual yang tidak diragukan lagi, sehingga ia akan penuh keyakinan dan keteguhan hati yang kokoh saat menjalankan misi khidmah kepada siapa pun, bahkan apa pun, termasuk khidmah kepada agama dan negara.

Advertisements

Barokah dapat diraih melalui berbagai media, baik benda maupun sosok orang. Yang pertama, yakni barokah melalui benda, tidak jauh dari barokah dari sosok tertentu. Misalnya, barokah tongkat yang pernah dipakai Rasul, habaib, auliya, sampai kiai. Bukan bendanya yang sakti, tapi karena pantulan nilai spiritual yang terpancar dari sosok manusia yang memiliki religiusitas tingkat tinggi, sehingga nur dari spiritual sosok tersebut membekas pada setiap benda atau apa pun yang pernah dipakai, disentuh, atau pun yang lainnya.

Karena itu, bagi para pencari barokah atau berkah, jika tidak disertai dengan pemahaman ilmu syariat yang lurus bisa terjerumus pada pengkultusan pada sesuatu atau benda yang dianggap mengandung barokah. Dan, khawatirnya, akan terjerumus dalam budaya jahiliyah, berupa perilaku syirik. Sebab, barokah itu bukan cahaya, tapi pantulan cahaya. Dan yang benar-benar mampu menyinari” cahaya hanya Allah.

Banyak sekali praktek ngalap barokah di zaman Rasulullah oleh para Sahabat, terutama ngalap terhadap sosok Nabi dan sesuatu yang berkaitan dengan Nabi. Banyak sekali riwayat yang menceritakan adanya beberapa sahabat Nabi ngalap barokah dengan rambut Nabi, tongkat Nabi, baju Nabi, air bekas wudlu Nabi, bahkan sampai air ludah Nabi sebagaimana terekam dalam kitab Subulul Huda war Rosyad fi Siroti Khoiril Ibad pada juz 10, halaman 38, sebagai berikut:

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan