Urgensi Kaderisasi Santri Berwawasan Ekologi*

41 kali dibaca

Alam pada awalnya bergerak secara teratur. Air mengalir dari hulu ke hilir, hujan turun secara wajar dan tanah bertugas menyerap curah hujan berapapun banyaknya. Alur ini adalah hukum Tuhan yang berjalan teratur, kecuali ada perbuatan manusia sebagai biang keladi rusaknya sistem yang sudah tertata tersebut. Perbuatan manusia yang sombong, serakah, dan melampaui batas dalam memanfaatkan alam menjadi faktor penentu keberlanjutan kehidupan di Bumi ini.

Manusia selama ini hanya mengambil haknya saja dalam memanfaatkan alam, namun seakan lupa dengan kewajibannya terhadap alam. Bukan rahasia umum lagi bahwa adanya hak dan kewajiban harus dilaksanakan secara seimbang. Seperti itulah harusnya, bukan hanya untuk memuaskan hasrat pribadi, akan tetapi ada tugas lain yang lebih urgen dalam pelaksanaannya, yakni menjaga kelestarian lingkungan (kebutuhan ekologis).

Advertisements

Salah satu pelajaran terkait ekologi yang diajarkan di dalam pesantren adalah معاملة مع البيئة. Dalam konteks agama Islamمعاملة مع البيئة   diartikan sebagai atauran-aturan terkait hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Manusia dengan lingkungan adalah dua komponen yang tidak dapat terpisahkan. Maka interaksi yang dijalin oleh keduanya akan terus berkesinambungan. Seharusnya interaksi yang dilakukan oleh manusia sama halnya dengan simbiosis mutualisme antara lebah dan bunga, sama-sama saling diuntungkan. Bukannya simbiosis parasititsme yang hanya mengambil keuntungan sepihak.

Hal ini didukung fakta lapangan, seperti tercemarnya lingkungan oleh sampah yang tak dapat dikelola dengan baik. Adanya campur tangan manusia yang hanya mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa adanya timbal balik terhadap lingkungan sekitarnya. Jadilah ketimpangan terhadap lingkungan tak dapat terhindarkan. Manusia bagaikan parasit yang menghinggapi pohon. Mengambil keuntungan darinya, akan tetapi tak ada timbal balik yang didapatkan oleh pohon itu sendiri. Paham kesadaran akan lingkungan seharusnya lebih disosialisasikan kepada khalayak ramai. mengingat mencegah lebih baik daripada mengobati.

Apabila kesadaran manusia terhadap lingkungan tidak segera terbentuk, besar kemungkinan akan lebih runyam konsekuensi yang akan dirasakan bersama akibat rusaknya lingkungan sekitar. Penanaman kesadaran ini sejatinya perlu dilakukan sejak dini kepada anak-anak yang masih mengenyam pendidikan formal di sekolah. Bukan tanpa alasan, bila anak-anak sejak dini telah diberikan doktrin kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan, secara tidak lamgsung akan menjadi mindset dalam mengarungi kehidupannya yang masih panjang. Sebab generasi yang peduli terhadap lingkungan dapat bersinergi memperbaiki kualitas lingkungan saat ini.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan