“Bersyukurlah memiliki seorang bapak yang selalu ABG.”
Sedikit cerita, begitu kira-kira kalimat yang pernah Bapak katakan sembari tersenyum penuh kebanggaan.
Bukan hanya sekadar abang-abang lambe, lips service, tetapi apa yang menjadi pemikirannya adalah berkat pemikiran seorang tokoh besar yang amat dicintai banyak orang —yang baru saya kenal kemudian. Pemikiran sang tokoh mengilhami dan benar benar diterapkannya dalam menemani saya bertumbuh sebagai anak perempuan semata wayang meskipun diapit dua saudara
laki-laki.
Istilah ABG, yang diartikan anak baru gede, sendiri barangkali sudah jarang digaungkan pada zaman sekarang. Tetapi, bagi generasi 1970-an (generasinya bapak), istilah tersebut menjadi sangat populer sebagaimana hari ini kita sering menyebutkan istilah milenial. Sebutan ABG menjadi bahasa gaul yang lazim digunakan pada masa itu.
Namun, yang menarik, istilah yang diungkapkan bapak bukan merujuk pada anak baru gede itu, melainkan Anak Buah Gus Dur (ABG)— yang sekarang istilahnnya menjadi Gusdurian. Sebagai ABG, bapak menempatkan pemikiran Gus Dur sebagai kompas penunjuk jalan —dalam hal nonpatriarki— untuk mengambil sikap dalam mendidik anak perempuannya.
Gus Dur yang saya tahu awalnya adalah seorang kiai karena ada gelar KH di depan namanya. Sebagai seorang santri, menghormati beliau adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Tetapi, lebih dari itu, pemikiran dan pandangannya yang jauh ke depan, membuat banyak orang tidak bisa berhenti berdecak kagum dan mengidolakannya, termasuk saya. Adalah hal yang sepatutnya kita teladani sebagai generasi muda. Sepak terjangnya di dunia intelektual, keulamaannya, ajaran pluralismenya, pandangannya tentang perempuan, hingga perjuangan membela hak minoritas, adalah kelantangan suara yang tidak banyak orang berani dengungkan.
Ada dua hal yang menarik perhatian setiap berbicara tentang pemikirannya terhadap perempuan. Hal yang tentu saja hingga hari ini masih menjadi pekerjaan rumah bersama, sehingga diperlukan kesabaran dan bertindak secara hati-hati dalam mewujudkannya.