Jamu Gendong Yu Karti

165 views

Yu Karti kembali membuka dompet lusuhnya. Dia bolak balik. Siapa tahu ada uang lain yang terlesip. Ternyata nihil. Isi dompetnya hanya tinggal tiga lembar pecahan sepuluh ribuan dan satu lembar lima ribuan.

“Entah bagaimana bertahan hidup dengan uang tiga puluh lima ribu,” gerutunya.

Advertisements

Yu Karti kemudian menuju dapur. Bahan untuk dagangannya hampir semua habis. Kencur, jahe, lempuyang, daun pepaya, kunyit, dan gula jawa tidak cukup untuk dibuat dagangan.

Beberapa hari ini dagangannya tidak laku. Sehari paling bawa pulang uang dua puluh lima ribu rupiah. Jumlah yang tidak cukup untuk membeli bahan dagangan esoknya. Jangankan untung, balik modal saja tidak.

“Mak! Minyak goreng habis, berasnya juga tinggal dikit,” kata Siti, anak sulungnya mengagetkan Yu Karti yang sedang melamun memikirkan bagaimana menyambung hidup.

Sejak satu tahun lalu, suaminya pergi untuk mencari kerja di kota lain. Sampai sekarang, jangankan uang kiriman, kabar pun tidak pernah didengar. Entah suaminya sudah meninggal atau malah kecantol perempuan lain, Yu Karti tidak tahu. Yu Karti harus berjuang membayar kontrakan tiga ratus lima puluh ribu rupiah sebulan dan menghidupi anak-anaknya, Siti kelas 8, Tono kelas 4 dan si bungsu Ratna yang berusia 15 bulan. Beruntung anak-anaknya tidak neko-neko, mau menerima keadaan tanpa mengeluh.

“Ya sudah, yang penting berasnya masih cukup untuk hari ini. Masih ada telur, kan?” tanya Yu Karti pada Siti.

“Masih, Mak. Tinggal 1 butir lagi.”

“Wajan untuk menggoreng sudah kamu cuci?”

“Belum, Mak.”

“Jangan dicuci dulu! Minyak jelantahnya lumayan, bisa untuk mengoreng telur. Kalian makanlah. Emak mau ke pasar dulu belanja bahan jamu.”

***

Setelah beres membuat jamu, Yu Karti bergegas menjajakan dagangannya. “Bismillah, mudah-mudahan hari ini semua laku.” Ia berdoa salam hati sambil menggendong tenggok yang berisi botol penuh jamu. Dia mulai menyusuri jalan-jalan di kampungnya, menuju kampung sebelah.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan