KEPADA IBUNYA, SEORANG PEMUDA BERTANYA

24 kali dibaca

DI KAFE BASABASI

Sebelum maghrib, sesaat
setelah senja membatalkan kedatangannya.
Kau tiba bersama angin
memesan manis pisang coklat dan pahit kopi.

Advertisements

Meja-meja dan bangku-bangku mulai sesak
dengan kisah, kumpulan cerita yang hampir masak.

Kompas sunyi menunjuk sudut ruangan.
Sedangkan kata-kata menyisir keheningan
di sela-sela surau tubuhmu.

Langit mulai deras menghujankan puisi
dan aku mulai menuliskan masa depan.

SELEPAS PULANG

Kita telah usai mencicip seruas tanah,
sebuah dinding hitam bertuliskan perjalanan.
Rebahlah kenang bersama gulir waktu
setelah kita tunaikan ia satu persatu.

Sekarang lagi musimnya orang berziarah
mengunjungi pusara, monumen masa lalu,
tempat bersejarah, dan darmawisata.

Kita roda yang melaju ke arah
yang telah kita tetapkan titik perhentiannya.
Sedangkan kepulangan adalah ingatan
seperti tempat-tempat yang telah kita singgahi
dan peristiwa kita kekalkan
pada genggaman tangan masing-masing.

Kemarilah, kita mekarkan ia di muara pandang
agar kita puas memandang lepas penat perjalanan
dipeluk mite-mite tembang kenangan.

KEPADA IBUNYA, SEORANG PEMUDA BERTANYA

Bu, mengapa kau menginginkan kedatanganku?

Sejak kau memilih hidup bersama seorang lelaki yang kusebut ayah, aku hanyalah mimpi pada waktu itu. Lalu Tuhan mengantarkanku padamu sebagai segumpal darah dan daging yang terbungkus denyut, setiap saat kauasuh dalam tubuhmu. Aku tak pernah benar-benar mengerti akan segala hal tentang waktu, perihal kedatangan dan kelahiran yang kalian rencanakan secara diam-diam.

Bu, sebenarnya apa arti kehadiranku?

Saat kau bermaksud memisahkan lelapku dari kesunyian di dalam tubuhmu, tanpa berembuk kau pertaruhkan penggalan cerita yang memenuhi sela-sela napas demi menyambut kedatanganku. Bersama erangan lirih diiringi kebahagiaan yang kauguratkan pada seutas senyum pipih, kau menyampaikan suatu kisah yang dulu kupahami sebagai kelahiran. Sedangkan saat ini, saat aku dewasa dan mulai mengerti bahwa pesanmu tak sesederhana berita kelahiran sebagai pertanda kedatanganku. Tapi lebih tepat bila disebut sebagai sebuah perjuangan yang tak bisa kuterka nominal harganya dan tak mampu kuukur seberapa besarannya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan