Ngaji Bareng Dua Ahli Tafsir: Tafsir Indonesia Butuh Pewaris!

84 views

Senin lalu, tepatnya 4 November 2023, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menggelar ngaji bareng dengan mengangkat tema “Meneladani Khazanah Tafsir Al-Qur’an di Indonesia”. Majlis ilmu yang sangat bermanfaat ini dilaksanakan di Auditorium Prof KH Abdul Kahar Muzakir dengan mengundang dua ahli tafsir negeri ini, yaitu KH Ahmad Baha’uddin Nursalim atau kerap disapa Gus Baha dan Prof Quraish Shihab.

Ini kali kedua saya menghadiri majlis Gus Baha di UII. Dan untuk yang kemarin, saya yang tengah menjalani studi tafsir Al-Qur’an, gairah untuk melihat langsung ulama yang saya kagumi ini bersanding dengan salah satu mufasir Indonesia, begitu menggebu-gebu. Bagi saya, meskipun dua ulama ini memiliki kecenderungan berbeda, namun keduanya memiliki prinsip keilmuan yang sama.

Advertisements

Pemikiran Kedua Tokoh

Perbedaan itu bisa dirasakan di ceramah-ceramah yang mereka sampaikan atau tulisan-tulisan yang menerangkan pemikiran mereka. Sederhananya, Gus Baha lebih ke klasik; sedang Prof Quraish lebih ke kontemporer. Namun meski demikian, pemikiran keduanya saling melengkapi satu sama lain.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Prof Quraish berpendapat bahwa studi-studi Ulumul Qur’an kontemporer, bahkan Barat seperti Hermeneutika, bisa diterima dengan syarat harus objektif memilah dan memilihnya; serta tidak meninggalkan karya-karya ulama klasik tentunya. Sedang Gus Baha, biarpun tidak pernah menyinggung dan cenderung mengritik studi-studi kontemporer, sebagaimana dosen-dosen tafsir yang sering disentil di beberapa ceramahnya, namun secara keilmuan sebenarnya menguasai dan memahami.

Bukti itu saya temukan di majlis ngaji bareng ini, tepat saat Prof Quraish menjelaskan kekeliruan Rasyid Ridha, salah seorang mufasir kontemporer, dalam menafsirkan QS An-Nisa’ ayat 15. Ketika hendak menyebut ayat yang dimaksud, beliau lupa dan terhenti sejenak. Spontan saja Gus Baha dengan lirih membantu Prof Quraish mengingatnya. Bersamaan dengan itu, Prof Quraish menimpali dengan pujian, “Ini (Gus Baha) orang alim besar tapi sembunyi diri,” dibarengi tepuk tangan para hadirin.

Syeikh Nawawi al-Bantani: Legenda Ulama Cum-Mufasir

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan