Penyiar Pujaan

Manusia suci? Agaknya tak ada! Yang ada ialah yang menetapkan diri (konsisten) dalam kesucian/kebaikan atau berupaya terus menerus untuk itu. Bagi Kubrick, tak ada pahlawan. Yang ada cuma manusia yang mempertahankan hidup, harta, dan pengikutnya sekuat tenaga. Atau mengalami dehumanisasi karena rutinitas dan kesepian.

Pahlawan dimunculkan—meminjam kecemasan Bertolt Brecht, yang menyebut dramanya “Intrument der Aufklärung”—supaya terbangun kesadaran terhadap kehidupan. Terhadap realitas setempat. Semakin banyak pahlawan diangkat, semakin rendah sesungguhnya kesadaran suatu masyarakat. Orang memuja-muja sang pahlawan dengan romantisme yang gombal. Seraya melupakan realitas setempat “yang tak berdaya”. Orang mabuk bagai dalam pengaruh alkohol. Mengharu biru. Sembari mengenang kemalangan hidup yang sukar dientaskan.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Dalam The Shinning-nya yang masyhur, tampaknya Stanley Kubrick, sutradara horor yang perfeksionis, itu tak percaya pada kepahlawanan. Ia memercayai yang tercampak dalam ironi. Manusia yang menganggap nilai-nilai tidak penting bukan karena ia “awam nilai”, melainkan ia “si jagoan nilai” itu sendiri.

Ia menyadari baik dan jahat pada satu keadaan yang sama. Kode-kode moral dalam dirinya berhadapan dengan kenyataan yang tak ideal, jarak antara keduanya, kemudian menimbulkan perdebatan omong kosong yang memuakkan.

Dalam sebentang ironi, si jagoan nilai itu, memaki, mengutuk, dan mengolok-olok. Segala kutukan dan olok-olok yang kotor, sesungguhnya menjadi penanda kecundangan dan kekalahannya di hadapan realitas. Ia lalu melumat-lumat realitas seperti seorang anak yang kesal melumat-lumat mainan yang bukan untuk usianya, karena gagal merangkai mainan tersebut. Sejatinya ia ingin dihibur dan menghibur, menyimpan kepedihan dan kesepian diam-diam, dan ingin berjoget di atas penderitaan orang lain seperti dalam lirik sebuah lagu dangdut.

Barangkali bukan sekadar pahlawan. Tapi integritas, melahirkan pahlawan-pahlawan sejati yang hidup, bukan yang sudah wafat, dalam tiap denyut hidup tanpa dibubuhi stempel formal pada kertas penghargaan. Lantaran ia dikekalkan dalam ingatan dan spirit.

Di dalam sebuah novel, dikisahkan perihal kehidupan Pablo Neruda, penyair Chile yang diasingkan di tepi pantai terpencil. Ia berbaur dengan orang-orang buta huruf. Betapa tersiksa seorang penulis yang hidup di tengah masyarakat tidak membaca.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan