Puasa Pertama Kanaya

48 views

“Kanaya tunggu!” Pak Tedi memekik kala putri satu-satunya pergi meninggalkan rumahnya yang luas itu.

“Maafkan Kanaya, Yah,” lirih Kanaya sembari menuju mobil yang sudah dipesannya lewat online.

Advertisements

Hari ini adalah hari untuk Kanaya memutuskan sesuatu yang besar. Sesuatu demi kehidupan di dunia dan akhirat. Keyakinan. Iya, hati Kanaya telah mantap untuk memilih Islam sebagai agama barunya. Gadis itu paham betul semua konsekuensinya. Termasuk kemarahan dan penolakan dari ayahnya. Betul, saja tadi saat Kanaya mengutarakan niatnya untuk berpindah ke agama Islam, Pak Tedi sangat murka. Sampai-sampai gelas yang masih berisi setengah air putih itu pecah, dilayangkannya.

“Apa? Kamu mau pindah agama? Sadar, Kanaya! Agama itu bukan untuk main-main,” ujar lelaki yang sudah beruban itu setelah mendengarkan penuturan putrinya yang mengejutkan.

“Kanaya tahu, Yah. Kanaya pun mempelajari Islam bukan hanya akhir-akhir ini saja. Sudah lama Kanaya belajar dan mendalami Islam. Ternyata di sana Kanaya mendapatkan ketenangan, Yah. Tidak seperti yang ayah bilang bahwa Islam itu agama teroris. Salah besar. Justru sebaliknya. Kedamaian dan ketenangan ada di dalamnya.” Panjang lebar Kanaya menjelaskan yang sudah dirasanya hingga sekarang.

“Tidak! Sekali tidak, ya, tidak!” pekik Pak Tedi.

“Kanaya sudah besar, Yah. Kanaya ….”

Belum sampai Kanaya melanjutkan pembelaannya, Pak Tedi segera melempar gelasnya yang tadi digunakan untuk minum.

“Kalau kamu sayang Ayah, kamu jangan pindah agama. Kalau tetap ingin juga pindah agama, silakan keluar dari rumah ini,” ucap Pak Tedi dengan napas yang masih belum beraturan. Emosi masih belum terkontrol. Rasanya bumi hampir runtuh menimpanya saat putri yang sangat dicintainya itu hendak pindah dari agama mereka.

Seketika Kanaya berlari ke kamarnya, meninggalkan ruang makan malam mereka berdua. Air matanya pecah. Pintu kamarnya dikunci dari dalam. Masih dengan derai air mata yang menganak sungai, Kanaya memilah pakaian dan menyusun ke dalam koper. Kanaya memilih untuk hengkang dari rumah itu. Beberapa saat kemudian, pintu kamar Kanaya terketuk.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan