Sebelum Ramadan Berakhir

27 views

Ramadan selalu datang dengan diam-diam. Entah bagaimana, sebelum kita sempat benar-benar menyiapkan diri, ia sudah berdiri di ambang pintu, mengetuk pelan tapi pasti.

Ramadan tidak pernah berteriak. Ia seperti tamu lama yang tahu di mana letak kunci cadangan; ia masuk ke rumah kita tanpa banyak cakap. Tiba-tiba saja ia sudah duduk di ruang tamu, menatap kita dengan senyum samar—seperti menyindir, seperti merayu. Kita kaget setengah mati. “Lho, sudah Ramadan lagi?”

Advertisements

Setiap tahun kita mendapati diri dalam kebingungan yang sama. Seperti pelari yang baru sadar sudah berada di garis start saat peluit berbunyi. Kita tergagap, meraba-raba niat, buru-buru mengangkat tangan berdoa agar Ramadan kali ini tidak lewat dengan sia-sia. Ada semacam keyakinan samar bahwa Ramadan adalah peron kereta terakhir. Kita harus bergegas naik sebelum ia meninggalkan kita selamanya.

Namun, yang selalu terjadi adalah ini: Ramadan tidak pernah tinggal lama. Baru saja kita belajar mengeja doa di sela tarawih, baru saja kita mulai merasakan manisnya tadarus selepas subuh, tahu-tahu ia sudah berkemas. Hari ke hari berlalu dalam diam. Tiba-tiba kita sudah ada di sepuluh malam terakhir. Dan pada titik itulah kita mulai panik.

Penyesalan yang Terlambat

Ada sesuatu yang ganjil tentang manusia dan penyesalan. Kita ini, entah kenapa, hampir selalu menyesal pada waktu yang tidak tepat. Kita tidak pernah menyesal di awal, saat masih ada kesempatan untuk memperbaiki. Kita selalu menunggu sampai semuanya hampir selesai, sampai kereta hampir berangkat, sampai pintu hampir tertutup. Barulah kita menangis, menggedor-gedor takdir dengan doa yang basah.

Ramadan tidak terkecuali. Sepuluh malam terakhir adalah masa ketika kita tiba-tiba ingat bahwa kita belum melakukan apa-apa. Kita belum khatam Al-Qur’an, belum cukup tarawih, bahkan sedekah pun baru selembar dua lembar. Kita mendadak berubah menjadi manusia yang paling rajin memohon ampun. Malam-malam kita menjadi lebih panjang, air mata lebih mudah keluar, dan sajadah lebih sering basah.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan