Surat Rindu untuk Ayah

1,075 views

Ibuku berulang kali bilang kepadaku, kalau ayah sedang bertugas di Rumah Sakit yang jauh sekali. Dan ayah tidak bisa menolak, karena ayah adalah seorang abdi negara yang harus selalu siap sedia, kapan saja, ditempatkan di mana saja. Ayah harus segera berangkat demi menjalankan tugas yang diberikan negara.

Aku yang masih kecil sering bertanya kepada ibu, “Kapan ayah pulang, Bu?”, “Apakah ayah tidak kangen kepadaku?”, “Ayah mungkin tidak sayang lagi denganku ya, Bu? Karena tidak pulang-pulang?”

Advertisements

Ibu lalu menjawab dengan jawaban yang sama, “Ayah akan segera pulang, ayah pasti kangen dengan kamu, Nak, dan ayah selalu meyayangimu.”

Aku yang masih kecil mencerca ibu lagi, “Jangan-jangan ayah di kota sana juga punya anak lain yang sama sepertiku ya, Bu, sehingga tidak mau pulang kembali ke rumah ini?” Ibu menutup mulutku dengan jemari telunjuknya, kemudian terlihat bulir air menetes dari mata ibuku.

Ayah sangat menyayangiku. Ayah memang sering pergi karena pekerjaannya sebagai seorang perawat di sebuah Rumah Sakit. Seringkali pergi beberapa hari, namun kepergian sekarang terasa sangat lama. Aku masih ingat, ketika ayah pergi aku masih duduk di TK A, dan sekarang sudah di TK B.

Terakhir yang aku ingat, ketika ayahku berkemas, malam sebelum ayah ingin berangkat bertugas. Ayah bersama ibu di dalam kamar mengepak sebuah koper besar dengan tas-tas kecil yang mungkin berisi peralatan medis. Pagi sebelum berangkat, kami sarapan dulu. Aku melirik, ibu dan ayah tidak banyak bicara. Hanya sesekali saling pandang, kemudian mereka berdua lama-lama menatapku lekat. Aku tidak peduli. Aku habiskan saja sarapan pagiku.

Kemudian, ayahku menyodoriku gelas kopi miliknya, sebelum sempat ibuku melarangnya. “Ini, Nak, sisa kopi ayah. Diminum sedikit saja, biar nanti kuat melek seperti ayah.. he-he- he.”

Ibu hanya diam, tersenyum sebentar kemudian matanya sembab. Ayahku yang melihatnya, segera mencium pipi ibuku dan pipiku, tanda segera berangkat. Tidak seperti biasanya, ibu menggendongku mengantar ayah sampai ke pagar rumah. Biasanya cukup di depan pintu rumah. Kali ini, ibu menggendongku sampai motor matik yang dikendarai ayah sudah tidak terlihat lagi.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

2 Replies to “Surat Rindu untuk Ayah”

Tinggalkan Balasan