Langit Cipasung masih menyimpan sisa embun pagi ketika langkah-langkah para peziarah memenuhi halaman pesantren. Mereka datang bukan hanya membawa nama, tetapi kerinduan. Di antara lantunan…
View More Dari Haul Akbar Masyayikh CipasungTag: duniasantri
Salting Dimuliakan Kiai
Saya tak pernah sebegitu salah tingkah, salting, sampai suatu hari saya merasa begitu dimuliakan justru oleh seorang kiai. Pengalaman itu sebenarnya ingin saya pendam sendiri.…
View More Salting Dimuliakan KiaiSetelah Tambang Tiada: Tafsir Ekologi Seorang Santri
Ada yang pelan-pelan tumbuh dari luka: harapan. Raja Ampat, gugusan surga yang jatuh di timur Nusantara itu, selama beberapa waktu terakhir menjadi panggung sunyi bagi…
View More Setelah Tambang Tiada: Tafsir Ekologi Seorang SantriHalakah Pendidikan di Pesantren Miftahul Huda
Pondok Pesantren (PP) Miftahul Huda Pangabasen, Gapura Timur, Gapura, Sumenep, mengadakan Halakah Pendidikan, Sabtu (14/6/2025). Hadir sebagai pembicara adalah Rektor Universitas Annuqayah Dr KH Mohammad…
View More Halakah Pendidikan di Pesantren Miftahul HudaMenukar Surga dengan Sekop Tambang
Malam itu, sunyi nyaris seperti ruang kosong di antara dua detak jam. Tik-tok. Saya sedang tenggelam dalam kerja sunyi menerjemahkan Islāḥ al-Māl untuk sebuah penerbitan…
View More Menukar Surga dengan Sekop Tambang“Kidung Nusantara” di “Nyala Purnama”
Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) bersama Komoenitas Makara dan Urban Spiritual Indonesia menggelar acara Majelis Nyala Purnama untuk yang ke-2 kalinya di selasar…
View More “Kidung Nusantara” di “Nyala Purnama”Surat Ketiga: Kepada Pak Darmanto Jatman (16 Agustus 1942–13 Januari 2018)
Pak Dar, Pada Semaan Puisi Edisi 81, Kamis, 12 Juni 2025, saya sedang berada di pinggiran Yogyakarta—tepatnya di Kali Bedog, Gamping, Sleman. Meski secara fisik…
View More Surat Ketiga: Kepada Pak Darmanto Jatman (16 Agustus 1942–13 Januari 2018)Surat Kedua: Kepada Pak Dipo (28 Juni 1928–9 Mei 1982)
Bapak Mohammad Diponegoro (selanjutnya: Bapak Dipo, Pak Dipo), izinkan saya menulis dan mengirimkan surat ini sebagai bentuk pekabaran, atau barangkali sekadar tanda hormat dan rindu,…
View More Surat Kedua: Kepada Pak Dipo (28 Juni 1928–9 Mei 1982)DALAM RINDU YANG TAK BERNAMA
DALAM RINDU YANG TAK BERNAMA Di malam yang basah oleh air mata, aku duduk memeluk sunyi yang tak punya suara. Langit seakan membuka lembar-lembar langgam…
View More DALAM RINDU YANG TAK BERNAMABerdiri di Atas Semua Golongan: Prinsip yang Hidup di Hubulo
“Kamu NU atau Muhammadiyah?” Pertanyaan itu sering saya dengar ketika duduk di bangku kuliah. Saya yang tumbuh di lingkungan pesantren merasa heran. Bukan karena tersinggung,…
View More Berdiri di Atas Semua Golongan: Prinsip yang Hidup di Hubulo