KAYU-KAYU DIBAKAR API
Aku adalah setangkai ranting
Menunggu hujan
Berharap akan ditumbuhkan putik
Lalu jadi pohon besar
Menjadi tempat bernaung
Matahari dunia terlalu terik
Aku menjadi kayu kering
Dibakar oleh api nasib
Hingga remuk

Dibawa angin, diempas sebagai debu
Tak terbaca mata dunia
Dibawa angin hingga jauh
Entah di rahim mata angin mana
Akan jatuh lalu tumbuh
Menjadi sebuah pohon
Jarum waktu terus menjahit takdir
Orang-orang berlari setiap hari
Dengan mimpi berguguran bak daun gugur
Tapi, tak ada yang berhenti
Setiap waktu
Dunia tumbuh besar, bercabang
Di atas kepala manusia
Sedangkan usia
Adalah setangkai bunga
Mekar di pagi
Layu di petang hari
Riau, 2025.
SUNYI
Apa itu sepi?
Adalah hening lahir dari orang sendirian
Hari-hari disulamnya dari jarum waktu
Benang kehidupan terus membordir nasib
Sedangkan sunyi bagai Padang lapang luas
Ditumbuhi seluruh rumput hijau kefanaan
Apa itu hening?
Adalah suasana di dalam sunyi
Terlampau jauh dari ricuh
Terlalu damai dari riuh
Amat tenang dari hiruk pikuk
Kadang membelah dadamu, setenang riak di telaga
Sunyi dan hening
Kolaborasi di tubuhku
Adalah dua hal diciptakan Tuhan
Sejauh ombak di laut-laut bergemuruh
Kini keduanya tetap sama
Sekian lama, kian lena
Riau, 23/2/2025.
TIGA WAKTU, TIGA MUSIM
Di musim gugur
Pada saat dadamu padang gurun
Kaktus tumbuh di mana-mana
Tak ada yang lembap
Selain doamu yang basah
Pohon ketabahan di hati meranggas
Daunnya turun lamban di udara
Jatuh lembut, selembut kelopak bunga
Dengan hati-hati merebahkan tubuh
Ke atas tanah kering
Dengan tabah, menatap langit, diam
Hidup bagaikan bermetamorfosis
Pada musim panas