Belakangan ramai beredarnya framing negatif terhadap keberadaan pondok pesantren. Framing ini menimbulkan stigma negatif masyarakat terhadap citra kiai dan pesantren. Mencermati framing negatif itu, saya…
View More Pesantren, Kitab Ta’lim, dan FeodalismeKategori: Opini
Syekh Nawawi dan Multatuli*
Merenungkan Bias Kolonial dalam Tubuh Kita Banten adalah marâh labîd, ‘tempat istirahat bagi burung-burung yang datang dan pergi’. Marâh Labîd adalah judul tafsir 30 juz…
View More Syekh Nawawi dan Multatuli*Pesantren sebagai Subkultur, Masih Relevankah?
Pada tahun 1972, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) menulis artikel ringkas namun strategis berjudul “Pesantren Profil Sebuah Subkultur”. Dua tahun kemudian, ia menulis lagi “Pesantren…
View More Pesantren sebagai Subkultur, Masih Relevankah?Puasa Dopamin
Pernahkah berniat membuka ponsel “sebentar saja”, lalu tanpa sadar satu jam berlalu? Lalu mata lelah, kepala penuh, tapi hati terasa kosong. Itulah tanda bahwa kita…
View More Puasa DopaminMasjid yang Lupa Menjadi Rumah
Beberapa waktu lalu, media ramai memberitakan peristiwa memilukan di Sibolga, Sumatera Utara (Sumur). Seorang pemuda bernama Arjuna Tamaraya harus kehilangan nyawanya setelah dikeroyok lima orang…
View More Masjid yang Lupa Menjadi RumahRaja Baru Ruang Publik
Di zaman ketika dunia tak lagi diikat oleh batas geografis, kita hidup dalam sebuah plaza raksasa bernama internet. Di sanalah percakapan publik terjadi, opini dibentuk,…
View More Raja Baru Ruang PublikChromatica: Moksa melalui Warna
Malam ini, di antara aroma dupa yang menyala pelan, saya membaca kembali katalog lukisan karya Putu Fajar Arcana, Chromatica: Jalan Warna Menuju Moksa. Pada 16-21…
View More Chromatica: Moksa melalui WarnaBahtsul Masail: Laboratorium Intelektual Santri
Di pondok pesantren, saya pernah hidup dengan tradisi yang sangat khas: ‘menelanjangi’ teks fikih abad pertengahan (turāṯ), menelaah kata demi kata, hingga mengurai logika penulis…
View More Bahtsul Masail: Laboratorium Intelektual SantriYang Mengusik Takdir*
Setiap kali teringat Asrul Sani, saya selalu ingin menjadi orang lain lagi —menjadi manusia baru, misalnya. Atau menekuni bidang baru. Seakan, sebagai manusia, saya memang…
View More Yang Mengusik Takdir*Surat Semaan Puisi: Dari Gelanggang ke Adakopi*
Tuan Asrul, Surat ini saya tulis bukan untuk membalas Surat Kepercayaan Gelanggang atau mengulangi pekik para pemuda tahun lima puluhan yang merasa baru saja menemukan…
View More Surat Semaan Puisi: Dari Gelanggang ke Adakopi*