Permasalahan ekonomi-politik, terkikisnya nilai budaya, dan tunanya akhlak, serta ancaman dari radikalisme agama bersumber dari merosotnya pendidikan. Sengkarut itu menjadi serpihan-serpihan masalah dan ancaman kemanusiaan-sosial yang menyebabkan ringkihnya peradaban.
Hal tersebut barangkali yang menggerakkan A Umar menyusun buku ini: Madrasah Hebat Bermartabat: Diaroma Pergulatan Madrasah di Desa dan Kota (2021). Kita tahu, ada beragam tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Pertama, merosotnya pendidikan. Kedua, lemahnya ekonomi. Ketiga, kecamuknya politik dan tidak adanya percaya diri dan kerja keras di antara diri manusia Indonesia. Ketiganya saling erat terkait dan bisa memutilasi keharmonisan sosial yang berpuncak pada matinya rasa kemanusiaan.
Maka itu, harus dibangun dan dikuatkan sumbernya: madrasah. Menurut Umar, madrasah adalah sumber tertinggi kekuatan manusia hari ini. Ia bisa melintas batas antara tantangan, agensi, prospek, dan potensi manusia Indonesia.
Juga, madrasah menjadi pengaman sosial dari semburan fanatisme politik dan agama. Madrasah menjadi pusaka bagi manusia dalam menemukan egalitarianisme tradisi, budaya, dan agama yang tampaknya melaju di medan hierarkis.
Untuk mewujudkan hal itu, madrasah harus berbenah. Menurut Umar, ideal madrasah hari ini, paling tidak, membuat desain kurikulum yang tepat (fleksibel/tidak kaku), teknik dan penyajian materi yang sesuai zaman (efektif/humanis), model penilaian tepat dan terukur, serta didukung dengan fasilitas yang memadai.
Sehingga, dengan itu, madrasah bukan hanya dapat meningkatkan hasil belajar anak didik. Melainkan dapat menjawab tantangan zaman dan menyantunkan praktik gaya hidup anak didik. Paling tidak, poros pendidikan madrasah bisa menjadikan anak didik mengetahui jati dirinya sebagai manusia, yang merdeka dan memerdekakan, serta memanusiakan manusia.
Jika hal tersebut dapat dilakukan, apalagi dihasilkan, maka madrasah tersebut masuk dalam kriteria madrasah yang diinginkan dan diidealkan semua orang, termasuk oleh penulis buku ini.
Jelas madrasah macam ini punya modul dan rekam jejak manajemen baik, menghasilkan alumni berprestasi, dan kedepannya menghasilkan prestasi bagus, baik secara akademik maupun non-akademik. Seperti madrasah Yanba’ul Qur’an, Kudus, dan MAN 2, Kudus. Model pembelajarannya ala pesantren, namun dalam bidang akademik maupun risetnya bagus, juga peserta didiknya hafizhul Qur’an (h. 6).
Meningkatkan Mutu Madrasah
Diaroma pendidikan madrasah Indonesia untuk lekas meningkat menjadi madrasah hebat bermartabat dan berkelas dunia, butuh upaya penyusunan, tinjauan, dan peningkatan budaya mutu madrasah yang baik pula. Menurut Umar, setidaknya ada lima yang harus dilakukan madrasah agar menjadi madrasah yang hebat bermartabat, dan lulusannya berprestasi.
Pertama, pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang baik. Karena kurikulum adalah alat ukur untuk mencapai tujuan pendidikan yang dimanis, maka madrasah perlu merancang kurikulum yang sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, dan agama. Di sini, pengembangan kurikulum harus dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional dan internasional. Menurut Umar, perwujudan prinsip, aspek, dan konsep kurikulum ini terletak pada seorang guru.
Artinya, guru memiliki tanggung jawab terhadap tercapainya tujuan kurikulum. Guru boleh menyarankan, mengubah, atau menambah kurikulum madrasah. Namun bagi Umar, kurikulum tidak sepenuhnya harus diganti. Melainkan kurikulum bisa dimodifikasi, atau diinovasi sesuai kreativitas guru supaya hasilnya bermutu dan dapat mengantisipasi perubahan zaman. Sekaligus bisa merespons tuntutan zaman.
Tujuan peningkatan mutu kurikulum ini, untuk menyiapkan peserta didik madrasah agar mampu beradabtasi dengan perubahan dan gempuran zaman. Praksisnya, di sini kurikulum harus mampu mengarahkan peserta didik tangkas dalam sains-teknologi, memiliki kesadaran pada prinsip agama Islam, dan dapat menginternalisasikan dalam praktik kehidupan, yakni menjalankan syariat Islam terkait hubungannnya dengan Allah, maupun juga dengan sesama manusia dan alam semesta.
Kedua, mengintegrasikan pelajaran agama dan sains. Seorang anak sangat perlu pengenalan ilmu agama dan sains. Agar dapat belajar agama dengan benar dan tidak menjadi radikal-ekstrem. Begitu juga dengan materi umum, harus didekati dengan pendekatan agama supaya tidak sekuler. Menurut Umar, implementasi dari model ajaran integrasi Islam dan sains di atas, peserta didik dapat belajar agama seperti rukun iman dan rukun Islam, belajar matematika, dan belajar lingkungan melalui metode bermain, bernyanyi, dan diskusi.
Bagi Umar, melalui model rancangan kurikulum seperti inilah, diharapkan anak didik dapat berkaraker baik, moderat, menjadi generasi hebat, bermartabat, dan bemutu. Model ini juga menjadi kesan bahwa tidak ada dikotomi dalam pembelajaran madrasah.
Ketiga, menciptakan budaya mutu madrasah yang tertib dan baik. Untuk menciptakan budaya ini, wajib kiranya berangkat dari dan melengkatkan ajaran-sifat Rasul pada anak didik. Di mana, nantinya, peserta didik dapat menerapkan sifat-sifat kerasulan. Seperti berbudaya jujur (shidqu), budaya saling percaya (amanah), budaya komunikasi (tabligh), dan berbudaya kecerdasan (fathanah).
Keempat, membuat kriteria atau profil guru yang hebat bermartabat. Dalam konteks ini, madrasah dapat menghadirkan guru profesional. Sebab, guru merupakan tumpuan dan poros utama dalam menggerakkan seluruh kegiatan akademik maupun non-akademik, di dalam maupun di luar madrasah. Guru profesional di sini bukan hanya cakap dalam adminitrasi, tapi memiliki ketekunan, kesabaran, keikhlasan, dan visi perjuangan yang kuat.
Kelima, memiliki prinsip pendidikan yang matang. Orientasi madrasah adalah pendewasaan anak didik yang berkarakter cerdas, berbudaya, berakhlak, dan bermartabat. Untuk itu, prinsip madrasah adalah madrasah yang unggul, hebat, dan bermartabat. Hebat dalam konteks keilmuan dan bermartabat dalam konteks kepribadian. Berangkat dari prinsip ini, maka anak didik bisa unggul dalam ilmu, dan unggul dalam ketakwaan kepada Allah Swt (h. 40).
Prospek Madrasah di Indonesia
Semua madrasah mempunyai potensi maju dan hebat. Dalam buku ini, sebenarnya telah ada dan telah digambarkan kisah-kisah 16 madrasah hebat yang inspiratif. Dari MI Terpadu Ar-Roihan, Lawang, Malang, hingga MAN Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (lihat halaman 33-259). Keenambelas madrasah ini mempunyai keunikan dan keunggulan masing-masing, sehingga diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi madrasah-madrasah lainnya agar dapat menjadi unggul.
Semua madrasah di Indonesia punya masa depan dan bakal maju pesat dengan ciri khasnya masing-masing. Tinggal bagaimana madrasah tersebut dikelola dengan baik. Namun, untuk menjadikan madrasah hebat bermartabat, harus bersedia berjuang dan siap melakukan perjalanan panjang dalam bergelut, merencanakan, melakukan, berdialektika, dan berkreativitas tanpa batas, seperti yang telah diterangkan dalam buku ini.
Menurut Umar, kuncinya harus yakin. Sebuah keyakinan yang dibarengi dengan kerja keras, menjadi salah satu tolok ukur perubahan sebuah madrasah. Dari banyak madrasah yang ditampilkan dalam buku ini, hampir semuanya berawal dari kemauan, keyakinan, dan kerja keras untuk maju dan berkembang. Dari situlah, ide dan gagasan muncul, hingga berbagai langkah strategis mengalir dalam prosesnya.
Berbekal keyakinan dan kemauan kuat, serta didukung dengan usaha dan kerja keras, maka mimpi pun akan dapat diraih dengan hasil nyata. Namun sebaliknya, tidak adanya keyakinan dan kerja keras maka kemajuan madrasah pun akan menjadi semakin jauh. Inilah kira-kira tantangan madrasah.
Pengelola madrasah harus berani mendobrak berbagai kemungkinan dan keterbatasan: batas biaya, batas ruang, dan batas waktu. Yang jelas, di mana pun madrasahnya, baik di desa maupun kota, sama-sama memiliki peluang menjadi Madrasah Hebat Bermartabat.
Data Buku
Judul Buku: Madrasah Hebat Bermartabat: Diaroma Pergulatan Madrasah di Desa dan Kota
Penulis: Dr. H. A. Umar, M.A.
Penerbit: PT Elex Media Kompotindo
Cetakan I: 2021
Tebal: 274 halaman
ISBN: 978-623-00-2831-1